Jumat, 25 April 2008

4. Belajar Dari Kesalahan


لايلف قريش۝الفهم رحلة الشتاءوالصيف۝فليعبدوارب هذاالبيت۝الذياطعمهم من جوع وامنهم من  خوف

Al Quraish : 1-4 Oleh karena kebiasaan orang-orang Quraish, kebiasaan mereka yang menumpuk bahan pangan dan kebiasaan yang menyimpang, maka hendaklah mereka mengabdi pada Tuhan Ka’bah ini, yang telah memberi makan mereka dari kelaparan dan mengamankan mereka dari ketakutan.


Terjemahan tersebut mungkin berbeda dengan terjemahan yang biasa Anda baca. Di banyak terjemahan, ayat الفهم رحلة الشتاءوالصيف sering diartikan “Kebiasaan bepergian di musim dingin dan musim panas”. Arti ini tidaklah salah dan merupakan salah satu arti harfiah yang juga tertera di dalam kamus. Tapi lihatlah isi keseluruhan ayat dan sisi historisnya.Ada dua istilah yang ada di dalam ayat kedua ini, yang asal katanya adalah شتا yaitu kebiasaan menumpuk makanan untuk musim dingin dan صاف yang artinya kebiasaan menyimpang, tidak sesuai tuntunan hidup.


Di sini Allah menegur orang-orang Quraish yang ingkar pada Allah setelah Allah memberinya keamanan dan kesejahteraan. Perbuatan mereka yang menyimpang dan amat kikir mencirikan bahwa mereka adalah orang yang tidak tahu terima kasih.
Ayat ini juga berkaitan dengan surat Ali Imran:103 yang berisi peringatan Allah untuk tetap berpegang teguh pada sistem hidup yang kokoh (Islam) yang telah menyelamatkan kehidupan mereka (orang-orang Quraish) yang dulunya terpecah-belah dan saling berperang. Ini adalah peringatan Allah SWT agar tidak kembali kufur setelah beriman. Ayat ini berkaitan pula dengan Attaubah 97-102 yang berisikan hal serupa dan lebih menjelaskan serta mengingatkan orang-orang Arab tentang kesalahan yang pernah mereka lakukan hingga menyebabkan hidup mereka seperti di dalam nar (neraka).

Pelajaran apakah yang bisa diambil dari teguran ini? Mungkin inilah teguran yang harus selalu kita ingat untuk menyadarkan kita dari kekikiran terhadap harta. Teguran bagi kita yang kerap khawatir pada kelaparan dan kemiskinan yang menghantui kita. Di saat miskin, kita tidak bisa menolong sesama karena kemiskinan kita. Di saat kaya, kita tidak mau menolong sesama karena kekikiran dan kekhawatiran kita akan hari esok. Semoga kita tidak menjadi seperti orang-orang Quraish, yang telah ditegur keras oleh Allah SWT seribu tahun yang lalu.

sumber; tulisan penulis

Rabu, 23 April 2008

Manakah yang lebih cepat?

Malaikat konon bisa bergerak secepat cahaya. Adakah yang lebih cepat dari cahaya? Mari kita telusuri.....

تعرج الملئكة والروح اليه في يوم كان مقداره خمسين الف سنة
Al Ma’aarij:4 Para malaikat dan ruh-ruh naik kepadaNya dalam sehari kadarnya 50 ribu tahun (dalam ukuran manusia).

Malaikat dikatakan dalam Quran sebagai sejenis cahaya, sehingga diasumsikan bahwa malaikat memiliki kecepatan cahaya, yaitu 300000 meter per detik. Dan di ayat di atas disebutkan juga bahwa waktu tempuh malaikat menuju Asrya Allah adalah sehari atau 50 ribu hari manusia. Jika dirumuskan:
Tm = Waktu tempuh malaikat menuju Arsy
Vm = kecepatan malaikat = kecepatan cahaya = 300000 meter / detik
S = Jarak dari bumi menuju Arsy Allah
1 Tm = 50 000 To
Vm = C = 300000 meter/detik
Lalu berapakah jarak dari bumi menuju Arsy Allah?

Bisa kita telusuri, kecepatan adalah jarak per waktu, yaitu:
Vm = S / Tm
300000 meter/detik = S / 50 ribu tahun
300000 meter/detik = S / 1576800 juta detik, maka :
S = 300000 m/detik x 1576800 juta detik = 473040000000 juta meter = 473040000 juta km = 473040 milyar km

Jadi, diperkirakan jarak bumi menuju Arsy Allah adalah sejauh 473040 milyar juta km.
Lalu pada ayat lainnya difirmankan:

يدبرالامرمن اسماءالى الارض ثم يعرج اليه في يوم كان مقداره الف سنة مماتعدون
As Sajdah (32: 5) Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian naik (kembali) kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya seribu tahun menurut hitungan kamu.

Jika perjalanan pulang pergi dari bumi menuju Arsy ditempuh dalam waktu seribu tahun, maka jarak dari bumi Arsy Allah ditempuh dalam 500 tahun. Lalu berapakah kecepatan urusan tersebut? Mari kita telusuri:
Vi = Kecepatan urusan atau informasi tentang bumi
Ti = waktu tempuh urusan bumi = ½ x 1000 tahun = 500 tahun
S = Jarak dari bumi menuju Arsy Allah (telah diketahui dari penelusuran ayat Al Ma’aarij:4) = 473040 milyar km
Lalu,
Berapakah Vi?
Vi = S / Ti = 473040 milyar km / 500 tahun
= 473040 milyar km / 15768000000 detik = 30000 km/detik
Atau = 30 juta meter/detik
Jadi, kecepatan naiknya urusan dari bumi menuju Arsy Allah adalah:
30 juta meter / detik atau 100 kali lebih cepat dari kecepatan cahaya atau malaikat (300000 meter/detik)
Diasumsikan, urusan atau informasi tentang bumi menuju Arsy Allah dibawa oleh malaikat-malaikat-Nya. Sehingga, artinya malaikat mampu bergerak 100 kali lebih cepat dari kemampuan alaminya (kecepatan cahaya)
Mari kita bandingkan dengan kemampuan manusia. Berapa kalikah manusia mampu mencapai kecepatan maksimalnya dibanding kecepatan alaminya?
Kecepatan alami manusia adalah kecepatan manusia tanpa media, sarana atau alat apapun selain tubuh manusia itu sendiri. Mari kita lihat berapakah kecepatan sprinter (pelari) tercepat di dunia. Secara rata-rata, kecepatan lari manusia maksimalnya adalah 10 meter per detik.
Sekarang mari kita lihat berapa kecepatan yang mampu dicapai manusia dengan teknologi yang diciptakan manusia. Dimulai dari kecepatan terendah, misalnya teknologi mobil butut, yaitu 50 km/jam atau 13,89 m/detik.
Di sini saja, manusia sudah bisa berkecepatan hampir satu setengah kali (1 ½ kali) dari kecepatan alaminya.
Dan mari kita lihat teknologi lainnya, misalnya kereta. Yaitu kereta dengan kecepatan 400km/jam atau 111,11 m/detik. Di sini manusia sudah mampu berkecapatan lebih dari 10 kali lipat dari kecepatan alaminya.
Lalu bagaimana jika kita hitung kecepatan manusia dengan sarana transportasi seperti kereta listrik, pesawat terbang, pesawat tempur atau bahkan pesawat antariksa?
Kecepatan pesawat antariksa adalah
Berapakah kecepatan yang bisa dicapai manusia dibandingkan dengan kecepatan alaminya? Saat ini manusia mampu merancang pesawat untuk melesat membelah langit dengen kecepatan lebih dari 19.000 mil per jam. Inilah kecepatan yang mampu dicapai manusia saat ini dengan bantuan akalnya (teknologi).
Bandingkan dengan kecepatan yang mampu ditempuh oleh malaikat berbanding dengan kecepatan alaminya. Malaikat mampu 100 kali lebih cepat dari kecepatannya (alami) sendiri. Dan manusia mampu ratusan kali lebih cepat dari kecepatan alaminya.

واذ قلناللملئكة اسجدوالادم فسجدواالاابليس قال ءاسجدلمن خلقت طينا
Al Isra (17:61) Dan ketika Kami berkata pada kepada malaikat, “Sujudlah kamu kepada Adam”. Maka sujudlah mereka kecuali Iblis, ia berkata, “Apakah aku akan sujud kepada yang Engkau jadikan dari tanah?”.
Dari perhitungan di atas, perintah Allah kepada malaikat untuk sujud kepada manusia adalah tidak berlebihan. Kemampuan ini yang menjadikan manusia diberi tanggung jawab untuk menjadi khalifah bagi alam semesta ini.

Tapi jangan sombong, nanti jadi seperti IBLIS....

sumber: tulisan penulis

Minggu, 06 April 2008

3. Latihan Tata Bahasa bagian pertama

Untuk mempelajari contoh kasus ini, lihat panduan pada Bab 3. Studi Tata Bahasa QuranContoh Dasar

1. Bismillaahirrahmanirrahiim
بِ (bi) adalah kata sandang (جَرٌّمَجْرُوْنْ ) yang berarti; dengan, menurut, berdasarkan. Karena terletak di awal kata dan melihat dari keseluruhan kalimat, arti yang tepat adalah menurut (in english: by)
ٳسم (ismun) adalah bentuk kata dasar (مصدر) yang beralih menjadi سْمِ karena bertemu dengan kata di depannya . Dan ٳسم ismun bisa berarti nama, bisa juga ilmu. ٳسم di sini berarti ilmu atau ajaran. Seperti halnya kata Isme atau paham dalam istilah Imperealisme, Komunisme, Nasionalisme dan istilah baerakhiran Isme lainnya.

Untuk memilih arti yang tepat, kita harus melihat kata di ayat-ayat lainnya. Karena seluruh ayat dalam Quran adalah saling menjelaskan dan tidak bertentangan. Kita bisa mengunakan المٲجم (Almu’jam) atau indeks kata.
= Allah, tidak ada illah (Tuhan) selain Allah. Allah adalah illah kita.
Huruf ال adalah menunjukkan kata pelaku paling pada kata رحم. Kata dasarnya adalah رحم , artinya kasih, sayang. الرَّحْمٰنِ dan  الرَّحِيمِ adalah kata pelaku berobjek penyerta. Siapa objeknya? Manusia. Allah adalah pelaku yang membuat objeknya (objeknya) melakukan perbuatan mengasihi. Sudah pasti, Allah adalah maha pengasih. Dan membuat makhluknya menjadi pengasih.

Jadi, cara mencari arti kamus dari setiap kata di dalam bahasa Quran adalah dengan mencari tiga huruf pokok di dalam kata tersebut. Misalnya:
الفاتحۃ (Alfatihah)
Dari bentuk katanya, kita sudah menemukan jenis katanya, di sini الفاتحۃ adalah kata pelaku فاعل . Lalu kita bisa menemukan tiga huruf pokok dalam kata ini, yaitu فتح yang artinya buka. الفاتحۃ berarti pembuka.
Sehingga jika dirangkaikan kalimat Bismillahirrahmaanirrahim
Artinya: (Saya) menjadi menurut ajaran (dari) Allah yang Maha pengasih dan Maha penyayang.
Kita wajib melakukan segala sesuatu dengan Basmallah. Apakah kita harus mengucapkannya secara lisan? Itu baik. Dan melaksanakan Basmallah
yang diucapkan adalah jauh lebih baik. Artinya kata dan perbuatan kita seiring sejalan.
Kita makan dengan Basmallah. Artinya kita makan menurut ajaran Allah, makan makanan yang halalan thayibah dan makan dengan cara yang baik sesuai tuntunan Quran dan sunah rasul.
Kita bekerja dengan Basmallah. Artinya kita bekerja dengan niat yang baik, cara yang benar dan menerima upah dari sesuatu yang benar.
Kita tidur dengan Basmallah. Artinya kita tidur dengan niat dan cara yang sesuai tuntunan Quran dan sunah rasul. Dan bangun untuk memulai hidup dengan Basmallah pula.

Jika diletakkan dalam kaidah tata bahasa, kalimat Basmallah adalah anak kalimat, atau bentuk kalimat tidak lengkap. Di dalamnya tidak ada subjek kalimat. Mari kita lihat:
(Saya) menjadi menurut ajaran (Allah) yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Apakah isi kalimat tersebut? Hal ini sama seperti:
Dengan segala hormat yang saya berikan,.....
Ini belum menjadi kalimat utuh.
Kalimat Basmallah adalah kalimat dengan kaidah tata bahasa yang tinggi. Di awal Basmallah terdapat kata انا (saya).
Yaitu انا) bimillahirrahmaanirrahim. Artinya (saya) menurut ajaran Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Kata انا adalah kata yang tidak dituliskan secara eksplisit tapi dinyatakan secara implisit. Gaya bahasa seperti ini sering ditemui dalam percakapan lisan:
A : Hai..mau kemana?
B : Mau ke pasar.

Artinya:
A : Hai...(kamu) mau kemana?
B : (saya) mau ke pasar
.
Ini sering kita ucapkan, dan kita tidak menjadi bingung dengan adanya penghilangan subjek dalam kalimat tersebut.
kalimat Bismillaahirrahmaanirrahiim
Bermakna: Saya menurut ajaran Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.

Selamat memulai hari dengan komitmen Basmallah. Semoga hari kita juga berakhir dengan Basmallah yang masih terpelihara.

sumber: tulisan penulis berdasar materi studi Quran

Bahasa Quran Bagi Muslim



وماعلمنه الشعروماينبغي له ان هوالاذكروقران مبين
Dan Kami tidak mengajarkan syair kepadanya (Muhammad) dan tidaklah pantas baginya, Quran tidak lain adalah pelajaran dan bacaan yang gamblang. (Yaasin:69)

Bagi muslim, Quran adalah petunjuk hidup. Seluruh waktu manusia adalah hidupnya. Sehingga, Quran menjadi pedoman abadi yang tidak bisa ditinggalkan. Jika Anda banyak melihat kekacauan, kesengsaraan, dan kehancuran di bumi ini, maka Anda tentu juga akan melihat penyebab dari semua itu. Perbuatan manusia. Penyebab semua kekacauan hidup adalah perbuatan tidak baik manusia. Tidak setiap manusia bertindak buruk. Masih ada manusia yang berbuat baik. Tapi satu perbuatan buruk manusia adalah buruk bagi seluruh manusia. Begitu juga sebaliknya, satu perbuatan baik adalah berakibat baik bagi seluruh manusia.
Tidak seorang pun pernah mengatakan Quran adalah buruk. Setiap Muslim mengakui Quran sebagai petunjuk hidupnya. Tapi lihatlah negeri ini. Negeri berpenduduk mayoritas muslim ini menjadi negeri yang terpuruk dalam kriminalitas, korupsi, kebodohan dan bencana. Di sela waktu Anda, mari kita lihat bersama kesalahan kita dalam hidup. Sudahkah muslim Indonesia menjadikan Quran sebagai petunjuk hidupnya. Sebelum itu, sudahkan muslim Indonesia memahami Quran dengan benar? Untuk itu, bahasa Quran menjadi alat wajib bagi muslim dalam memahami dan melaksanakan Quran.
Dunia mengenal beberapa agama yang berkembang menjadi besar di jaman dahulu hingga sekarang. Dua di antaranya adalah Nasrani dan Islam. Keduanya muncul dan berkembang pertama kali di Asia Barat, yaitu pada bangsa Yahudi dan Arab. Karenanya, bahasa rumpun wilayah ini merupakan bahasa penulisan kedua kitab suci ini. Bahasa awal kedua kitab suci ini adalah bahasa wahyu. Injil pertama kali diturunkan dalam bahasa wahyu. Baru kemudian, Injil (perjanjian lama dan perjanjian baru) dituliskan ke dalam satu kitab, Bible. Dan Bible akhirnya secara keseluruhan diterjemahkan ke dalam Hebrew dan bahasa Latin serta bahasa-bahasa lain di dunia.

Quran, sampai saat ini masih ditulis dalam bahasa aslinya, bahasa Arab. Bahasa Arab sendiri, saat ini berbeda dengan bahasa Arab kuno di masa Muhammad. Dan Muhammad saw adalah seorang suku bangsa Quraish yang berdarah Babylonia. Sama dengan garis keturunan Ibrahim as. Bangsa Quraish dikenal sebagai bangsa yang bersastra tinggi. Quraish tercatat sebagai satu-satunya suku bangsa yang masih memegang teguh bahasa wahyu.

Bahasa wahyu, bahasa yang ada di dalam Quran menjadi harapan bagi umat Islam dan Nasrani untuk menjaga otentitas kedua kitab suci ini.Apalagi kitab Bible, tidak satu orang pun kini yang native berbahasa Hebrew kuno. Bahasa Quran adalah satu-satunya harapan untuk memaknai Bible yang dulunya berasal dari Injil. Bahasa Hebrew dan bahasa Arab adalah bahasa satu rumpun, Semitic languages, dengan dialek yang berbeda. Tidak hidupnya bahasa Hebrew saat ini, memunculkan masalah mendalam bagi umat Kristen dalam mengkaji Bible. Dan hermeneutika lahir sebagai akibat kesulitan bahasa ini.

Ketidakpahaman umat Islam pada bahasa Quran, memunculkan resiko terseretnya umat Islam dalam daya tarik hermeneutika. Hermeneutika bukanlah alat bantu bagi muslim untuk memahami Quran, yang jelas-jelas bermakna gamblang.
وماعلمنه الشعروماينبغي له ان هوالاذكروقران مبين
Dan Kami tidak mengajarkan syair kepadanya (Muhammad) dan tidaklah pantas baginya, Quran tidak lain adalah pelajaran dan bacaan yang gamblang. (Yaasin:69)

Dunia mengakui bahwa Quran yang ada saat ini adalah Quran yang sama dengan Quran yang dipegang Muhammad saw. Jika muslim menguasai bahasa Quran, tidak akan terjadi pemaknaan dan penafsiran yang sangat beragam dan saling jauh berbeda. Tidak seharusnya ada textual criticism dalam membaca Quran. Tidak mungkin tidak. Penguasaan bahasa Quran menjadi mutlak diperlukan muslim.

sumber: tulisan penulis berdasar referensi

PERHATIAN

MAAF BLOG SEDANG DALAM PERBAIKAN, ISINYA TIDAK DIJAMIN BENAR

Cari aja disini..

Google
 

Sign by Dealighted - Coupons and Deals





Arsip Blog

Bertanyalah

Siapakah Anda? Di manakah Anda? Apa yang Anda lakukan sekarang? Untuk apa Anda hidup? Bagaimana Anda menjalani hidup? Mengapa Anda melakukannya? Darimanakah Anda? Kemanakah Anda akan pergi?



Pembaca