Jumat, 28 Maret 2008

4.Studi Gramatikal Annisa:3

Annisa ayat 3 Bukanlah Perintah Berpoligami

Poligami dalam beberapa tahun ini menjadi begitu populer. Masyarakat memperbincangkannya, memperdebatkannya bahkan tidak sedikit yang menghujatnya. Islam kerap ikut terseret di dalamnya karena banyak pelaku poligami yang membawa dalil Islam untuk membenarkan tindakan poligaminya. Benarkah Islam menyuruh umatNya berpoligami?

وان خفتم الاتقسطوافى اليتمى فانكحواماطاب لكم من النساءمثنىى وثلث وربع فان خفتم الاتعدلوافواحدة اوماملكت ايمانكم ذلك ادنى الاتعولوا

AnNisa : 3 “ Dan jika kamu takut tidak dapat berlaku adil terhadap para yatim, maka kawinilah olehmu perempuan, dua, tiga atau empat, tetapi jika kamu takut tidak dapat berlaku adil, maka seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu lebih dekat supaya kamu tidak berlaku aniaya”.(terjemahan I)
Apa yang dibicarakan dalam ayat ini? Poligami? Anak yatim? Atau perempuan yang yatim.
Surat An Nisa adalah firman Allah yang membahas mengenai hukum keluarga, terutama mengenai pengurusan anak yatim. Surat ini bukanlah anjuran untuk berpoligami. Mengapa banyak sekali orang yang mengambil ayat ini sebagai dalil untuk berpoligami? Mari kita telusuri...


Di dalam terjemahan Quran yang banyak beredar di Indonesia, ayat ini biasanya diterjemahkan seperti ini (terjemahan II): ” Dan jika kamu takut tidak dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bila kamu mengawininya) maka kawinilah perempuan-perempuan lain yang kamu sukai, dua, tiga atau empat. Tetapi jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu lebih dekat supaya kamu tidak berlaku aniaya”.


Silahkan Anda bandingkan terjemahan pertama dan terjemahan kedua. Apakah Anda sudah menemukan perbedaannya? Jika Anda bingung dan tidak mempercayai kebenaran dari terjemahan I maupun terjemahan II, maka silahkan Anda ambil sebuah kamus Arab dan buku tata bahasa Arab atau Anda bisa memperolehnya di blog ini, (pada Bab 3. Tata Bahasa Quran) dan silahkan Anda terjemahkan sendiri.

Dalam ayat ini kata adil disebutkan dua kali, الاتقسطو dan الاتعدلو. Kata الاتقسطو adalah bentuk fiil mudharik مضارع atau kata kerja sedang/akan (present perfect continuous tense). Kata dasarnya adalah عدل dan قسط .Penambahan لا adalah menunjukkan bentuk kalimat negatif, yaitu ‘tidak adil’. Yaitu konsep adil bagi para yatim. Siapakah mereka? Yaitu anak-anak yatim, baik perempuan maupun laki-laki, yaitu mereka yang masih berstatus hukum sebagai anak, yaitu mereka yang masih membutuhkan pengasuhan dan pendidikan.

Apakah makna adil? Ini adalah istilah dalam Quran di mana pengertiannya bisa ditemukan juga di dalam Quran di ayat-ayat lainnya yang berkaitan dengan kata عدل ini.

Artinya, hak-hak anak yatim adalah tanggung jawab dan kewajiban seluruh masyarakat. Jika ada anak-anak yatim yang terlantar, maka ini adalah kesalahan seluruh masyarakat, kesalahan sistem masyarakat yang tidak mengatur pengurusan hak-hak anak yatim di dalamnya. Setiap muslim diperintahkan untuk berbuat adil pada anak yatim, yaitu memberikan hak anak yatim (pengasuhan dan pendidikan). Namun jika Anda takut akan melalaikan hak-hak anak yatim, maka kawinilah oleh Anda perempuan-perempuan lain. Siapakah perempuan lain tersebut? Perempuan selain yang Anda telah nikahi (istri Anda). Lalu berkaitan dengan hak-hak anak yatim ini, maka perempuan yang akan Anda nikahi agar Anda dapat berlaku adil terhadap anak yatim, adalah janda yang memiliki anak yatim.

Di kalimat selanjutnya dalam ayat tersebut dikatakan : فان خفتم الاتعدلوافواحدة اوماملكت ايمانكم ذلك ادنى الاتعولوا“.. tetapi jika kamu takut tidak dapat berlaku adil, maka seorang saja”.
Takut tidak dapat berlaku adil kepada siapa? Kepada anak-anak yatim tersebut. Yaitu takut tidak dapat memberikan hak-hak anak yatim secara layak, dalam hal pengasuhan dan pendidikan. Jika Anda takut tidak mampu berlaku adil terhadap anak yatim jika Anda mengasuhnya, maka cukuplah Anda berlaku adil pada anakmu saja. Jika Anda tidak mampu menjamin pengasuhan dan pendidikan anak-anak lain, maka cukuplah bagi Anda untuk melaksanakan kewajiban primer Anda, yaitu mengasuh dan mendidik anak Anda. Berikan anakmu penghidupan dan pendidikan yang layak.

Namun jika Anda adalah seorang manusia yang memiliki kemampuan lebih untuk mengasuh dan mendidik anak-anak yatim dan terlantar, maka itulah kewajiban yang harus Anda penuhi. Dan jika Anda takut melalaikan kewajiban ini, maka ikatkan diri Anda secara hukum dengan anak-anak yatim tersebut. Kawinilah perempuan-perempuan ini, kawinilah janda yang memiliki anak yatim. Dan akhirnya secara hukum, anak yatim tersebut menjadi anak sah Anda dengan segala kewajiban Anda untuk mengasuhnya.

Bisakah Anda bayangkan, jika negeri ini tidak memiliki satu pun anak-anak terlantar? Artinya negeri ini akan memiliki masa depan kuat dan cerah karena adanya regenerasi yang baik, karena adanya calon-calon penerus bangsa yang memiliki kualitas pendidikan dan moral yang baik. Bayangkanlah sistem masyarakat seperti apa yang bisa mewujudkan mimpi tersebut. Tentunya, ialah sistem yang mampu menyelenggarakan kemajuan pendidikan anak-anak bangsa, termasuk di dalamnya, anak-anak yatim.

sumber: tulisan penulis berdasar materi studi Quran

Senin, 24 Maret 2008

4. Studi Gramatikal

4. Semut-semut dalam surat An Naml
Semut kah yang dibicarakan dalam ayat ini? Semut kah yang telah diajak berbicara oleh Nabi Sulaiman? Mukjizat apakah yang dimiliki oleh Sulaiman? Bagaimanakah muslim memahami hakikat mukjizat? Jawabannya ada di dalam Quran, sebagaimana pertanyaan itu berawal.
Surat An Naml adalah surat yang turun di Mekkah. Pada ayat 18 di surat ke 27 ini, dikatakan:
حتی اذااتواعلی وادالنمل قالت نملة يايهاانمل ادخلوامسكنكم لايحطمنكم سلليمن وجنوده وهم لايشعرون
(An Naml:18)

Dalam terjemahan Quran, biasanya ayat tersebut diterjemahkan menjadi:
“Hingga apabila mereka sampai di lembah semut, seekor semut berkata, “Hai semut-semut, masuklah ke sarang-sarang kamu agar Sulaiman dan balatentaranya tidak menginjak kamu sedang mereka tidak menyadari.”Dalam terjemahan ini, kata النمل diterjemahkan menjadi ‘lembah semut’. Dan kata نملة diterjemahkan ‘semut’.
Tapi benarkah seperti ini seharusnya?
Lets check this out..
An Naml adalah nama sebuah tempat, daerah. Seperti halnya nama lainnya, seperti nama orang, nama negara, nama kota, nama produk, nama Anda dan nama lainnya, nama tempat tidak perlu diterjemahkan. An Naml adalah nama sebuah tempat, sehingga tidak perlu diterjemahkan menjadi kota semut. Secara historikal, wilayah An Naml diperkirakan berada di Palestina. Kini letak Naml masuk ke dalam wilayah Israel. Kota Namal (nama lain dari An Naml dalam surat ini), merupakan kota tua yang pernah berdiri di Palestina. Sampai saat ini, terdapat pelabuhan bernama Namal di kota Tel Aviv di Israel.

Sedangkan نملة adalah bentuk tunggal kata benda Jamid, yaitu jenis kata yang tidak perlu diterjemahkan. Kata ini adalah sebuah nama. Jadi orang An Naml adalah orang An Naml. Bukan orang kota semut. Dan bukan semut.

Dalam bahasa Quran, setiap kata terdiri dari tiga huruf pokok. Kata An Naml terdiri dari ن م ل Penambahan huruf pada kata itu akan merubah arti dasarnya, menjadi kata dalam bentuk lain. Misalnya:
فتح = fataha, ini adalah bentuk (ma di)past tense, berarti ‘telah membuka’. Jika diubah menjadi ‘fatihun’ maka artinya menjadi ‘pembuka’ atau jika diubah menjadi ‘yaftaha’ يفتح , maka artinya menjadi ‘sedang/akan membuka’ (bentuk continous tense).

Penambahan huruf ة pada kata النمل akan mengubah artinya menjadi orang An Naml.
Siapakah orang-orang An Naml? Apakah semut-semut?
Pada banyak ayat lainnya, ayat 16, 20 dan ayat 39 surat An Naml diceritakan pula hal serupa mengenai kemampuan Sulaiman dalam berbicara dan berinteraksi dengan burung-burung dan bangsa dari golongan jin. Secara bahasa, penelisikan ayat 18, mengantar saya pada ayat-ayat tersebut (An Naml:16, 20, 39). Jika bukanlah semut yang Sulaiman ajak bicara, maka bukan pula burung dan bangsa jin yang dimaksud dalam ayat-ayat tersebut.
Diketahui pada An Naml:44, Sulaiman memiliki peradaban yang sangat tinggi, contohnya peradaban dalam bidang penerbangan dan arsitektur. Bahkan sang ratu menaikkan roknya karena mengira lantai yang injak adalah air.

Peradaban ini bukan tidak mungkin merupakan cerminan dari seluruh kemajuan peradaban di masa itu. Pembacaan Quran secara benar sebagai sumber sejarah, menentukan kebenaran pemahaman yang kita peroleh tentang masa lalu.
Keajaiban atau mukjizat Sulaiman yang tersirat pada An Naml ayat 18, dapat berbicara dengan binatang, membuat kebesaran Nabi Sulamain dalam bidang lainnya ilmu penerbangan dan pemerintahan, menjadi tenggelam begitu saja. Tidak diingat, tidak dikenal dan akhirnya tidak diambil sebagai hikmah ilmu bagi kita semua.
Pada An Naml:15, “Dan sungguh Kami datangkan ilmu pada Daud dan Sulaiman dan keduanya berkata: “Segala puji bagi Allah yang melebihkan kami dari kebanyakan hamba-hambaNya yang beriman”.

Apakah kelebihan Nabi Daud dan Sulaiman dibanding orang-orang beriman lainnya? Ialah ilmu. Ilmu lah yang menjadi kelebihan mereka, dan bukan sihir, seperti yang dituduhkan Fir’aun kepada Musa. Apakah ilmu mereka? Dan apakah sebenarnya makna ilmu?

Ada perbedaan mendasar antara ilmu dan sihir. Di dalam sihir, proses yang terjadi tidak bisa dijelaskan secara ilmiah. Tongkat berubah menjadi bunga, topi menjadi bola, ada orang bisa menghilang. Lain halnya dengan sulap, yang menggunakan trik-trik dengan alat-alat teknologi. Sulap hanya nampak seperti sihir bagi para penontonnya, bagi orang-orang yang tidak mengetahui rahasia di balik aksi sulap tersebut. Tapi bagi si pesulap, para crew sulap dan orang-orang yang mengetahui trik tersebut, aksi sulap hanyalah sebuah permainan untuk memanipulasi ilusi penonton.

Allah menegaskan dalam An Naml:15, bahwa yang Allah berikan kepada Daud dan Sulaiman adalah ilmu, bukan sihir. Ilmu lah yang melebihkan Daud dan Sulaiman dari hambaNya yang lain. Maka ilmu pula yang mengangkat harkat orang beriman lebih tinggi dari hambaNya yang tidak berilmu. Lalu kepada siapa Allah memberi ilmu? Kepada hambaNya yang meminta di jalanNya.

ولقداتيناداودوسليمن علماوقالاالحمدلله الذي فضلناعلى كثيرمن عباده المٶمنين
An Naml: 15, “Dan sungguh Kami datangkan ilmu kepada Daud dan Sulaiman, dan keduanya berkata, “Segala puji bagi Allah yang melebihkan kami dari kebanyakan hamba-hambaNya yang beriman”.
2. Al Baqarah
3. Ar Ra’d
4. Al Fajr
5. Al Alaq

sumber: tulisan penulis berdasar materi studi Quran

Selasa, 18 Maret 2008

5. Quran dan ilmu


5.1 Quran sebagai ilmu

Istilah ilmu diambil dari Quran عِلْمٌ. Ada beberapa pemahaman terhadap kata ‘ilmu’. 1. menurut orang Arab, ilmu itu pelita hati. 2.menurut orang-orang di belahan dunia barat, science is organized body of principle supported by fact, (ilmu tersusun atas pernyataan dengan didukung fakta). 3. Allah menerangkan dengan Quran tentang alam semesta; matahari, bulan, manusia, tumbuh-tumbuhan dan lain-lain kepada manusia. Dengan demikian, ilmu adalah rangkaian keterangan dari Allah tentang kenyataan hidup disertai faktanya.
Syarat-syarat sebuah ilmu menurut kesepakatan ilmiah adalah metodis, sistematis, analitis dan objektif. Saat ini, asas keilmuan adalah hubungan timbal balik antara manusia dan alam semesta. Manusia sebagai subjek meneliti semua hal yang ada di alam ini sebagai objek. Dengan semua syarat ilmiah tersebut, maka Quran adalah sebuah kumpulan ilmu, dengan alasan berikut:
5.1.1 MetodisMenurut Quran, ada tiga pokok dalam asasnya, yang saling terkait dengan sebuah garis linier. Yaitu Allah, manusia dan alam.

Quran membebaskan manusia untuk mengkaji semua ciptaanNya, alam semesta dan seisinya. Jika dianalagikan, matahari menyinari benda-benda di sekitarnya. Matahari menyinari bumi dan bulan. Di malam hari, sinar yang diterima bulan dari matahari, ia pantulkan ke bumi. Intinya, ada garis pantul dari matahari ke bulan, dari bulan ke bumi. Tidak mungkin bulan menerangi matahari.
Allah memberi pengetahuan pada manusia sejak manusia pertama ada di bumi ini. Allah memberi ilmu kepada Adam as dan memberinya akal pikiran. Allah mengajarkan asma-asmaNya. Asma, yaitu Ismun dalam bahasa Quran, dan dunia mengadopsinya menjadi kata Isme. Ismun berarti ilmu, paham, asas, pandangan atau nama. Ditilik dari keseluruhan ayat di dalam Quran, maka Ismun berarti ilmu atau ajaran, dan bukanlah nama seperti yang umumnya ada. Itu artinya, Allah telah mengajarkan ilmu-ilmuNya tentang ciptaanNya kepada Adam. Karena pengetahuan inilah yang menyebabkan perintah Allah kepada iblis untuk sujud kepada Adam.

Allah menciptakan manusia dengan naluri ilmiahnya, keinginan dasarnya, yaitu memiliki rasa ingin tahu. Setelah pengetahuan asma-asma (ilmu) yang diberikannya pada Adam, Allah pun menurunkan kitab-kitab suciNya untuk membimbing golongan kaumNya. Dan Quran adalah kitab suci terakhir untuk membimbing seluruh umat manusia. Quran menjadi petunjuk manusia dalam menjalani kehidupannya, termasuk dalam menjalani sifat insaniahnya yaitu memenuhi keingintahuannya.
Di dunia barat, tidak terdapat aturan keilmuan seperti ini. Setiap hal bisa dikaji oleh manusia, termasuk sang khalik, Allah SWT. Ini sama dengan analogi bulan menerangi matahari. Sedangkan bulan hanya mampu memantulkan (tidak memiliki sinarnya sendiri) cahayanya pada bumi.
Allah adalah pencipta dan manusia adalah makhluk ciptaanNya. Mungkinkah ciptaan meneliti penciptanya, mampukah makhluk mengkaji Khalik?

5.1.2 Sistematis
Quran disusun oleh Allah dan bukan disusun atas kehendak Muhammad.
سورۃ١نزلناهاوفرضاهاو١نزلنافيها١يتبينا
Quran disusun secara sistematika berikut:
1. Pendahuluan (AlFatihah)
2. Uraian (surat-surat panjang)
3. Kesimpulan (surat-surat pendek)

Fatihah di awal sebagai pembuka karena Fatihah merupakan ummul kitab atau induk Quran. Makna kandungan surat ini mencakup keseluruhan isi Quran. Tidak sedikit orang yang menganggap membaca Fatihah pahalanya sama dengan membaca seluruh isi Quran. Bagi saya, itu tidak benar. Allah tidak akan menurunkan seluruh isi Quran jika hanya dengan satu surat Fatihah saja sudah bisa menjadi pedoman hidup manusia. Sedangkan saat ini pengertian pahala itu sendiri menjadi lebih dibiaskan pada pengertian imbalan dari Allah pada manusia. Padahal setiap kali kita melaksanakan perintah Allah dan menjauhi laranganNya akan muncul kebaikan bagi diri kita sendiri dan bagi manusia pada umumnya. Kebaikan itu selalu membawa manfaat. Dan tentang balasan dari Allah kelak di akhirat itu akan terjadi dengan sendiri. Kita tidak perlu menghitung-hitung imbalan pahala karena bukanlah menjadi tujuan dan karena pahala bukanlah imbalan matematis.

Sistematika Quran
a. Sistematika surat
Susunan Quran ditentukan oleh Allah. Turunnya ayat-ayat Quran sesuai dengan kondisi yang sedang dihadapi. Sebelum Quran diturunkan kepada Muhammad, Quran telah siap seluruhnya100% di Lauh Mahfuz. Surat-surat di dalam Quran saling menjelaskan satu sama lain.
b. Sistematika Ayat

5.1.3 AnalitisAnalisa adalah penjajakan suatu hipotesa atau dugaan ke dalam pembuktian. Demikian pula Quran, di mana seluruh isinya dapat dibawa ke dalam pengujian atau pembuktian. Walaupun, karena keterbatasan ilmu manusia, pembuktian kebenaran Quran terjadi secara bertahap, waktu demi waktu.
Contohnya, dalam Quran ada ayat-ayat tentang prediksi kejadian yang saat itu belum terjadi. Misalnya, tentang mimpi Nabi Yusuf yang menceritakan sebelas bintang, matahari dan bulan sujud padanya. Artinya, sebelas saudara Nabi Yusuf tunduk pada Yusuf dan menyatakan penyesalan atas sikap mereka yang buruk. Dan mimpi ini terbukti di lain masa, saat Yusuf menjadi raja di Mesir.

Ayat lainnya bercerita tentang kekalahan pasukan Quraish ketika berperang dengan Nabi.Dalam hal science, saat Quran turun, ilmu pengetahuan di dunia barat belum berkembang seperti sekarang. Quran telah menuturkan tentang proses penciptaan manusia, bumi dan alam semesta. Pada saat itu orang-orang belum memahami sepenuhnya realitanya dalam dunia nyata. Jika baru pada abad 17 teori geosentris milik Plato dan juga Aristotelas tergeser oleh heliosentris sang Galileo Galilei yang didukung Newton dan Copernicus, Quran telah memberikan kebenarannya pada abad ke 6.
Dan jika pada abad ke 18, orang-orang baru mengkaji unsur-unsur pembentuk manusia dan kehidupan. Quran telah menyatakannya berabad-abad sebelumnya. Allah menurunkan Quran bukanlah untuk menghentikan keingintahuan manusia tentang alam semesta. Quran diperuntukkan sebagai landasan berpijak yang benar untuk membantu semua langkah manusia, termasuk langkah dalam ilmu pengetahuan.

5.1.4 Objektif
Dalam surat Ar-Rum, diceritakan bahwa bangsa Romawi akan kalah dalam xxxx. Dan kemudian hari, ternyata benar, Romawi mengalami kekalahan.

sumber: tulisan penulis berdasar materi studi Quran dan referensi lainnya

3. Tata Bahasa AlQuran

Tata bahasa AlQuran adalah segala hal yang berkaitan dengan isi AlQuran dari segi bahasa, khususnya dalam hal gramatikal. Ada yang mengatakan , tata bahasa ini tidak terlepas dari sejarah penulisan AlQuran hingga menjadi seperti sekarang ini.
Persoalan dalam mempelajari Quran
Ada 2 persoalan pokok dalam mempelajari Quran, yaitu persoalan bahasa dan pemaknaan. Dalam memaknai isi Quran, peran ilmu sangat penting. Semakin banyak ilmu yang dimiliki, akan semakin benar proses pemaknaan yang dilakukan.
Dalam tata bahasa Quran terdapat teori bentuk kata nahwu dan teori bentuk kalimat (saraf). Kata terdiri dari kata benda dan kata kerja. Kata benda terdiri dari kata benda asli (jamid) dan kata benda jadian. Dalam kata kerja, terdapat kata kerja yang terdiri dari 3 huruf pokok dan kata yang terdiri dari 3 huruf pokok beserta beberapa huruf tambahan. Dalam setiap kata kerja terkandung 3 huruf pokok, yaitu tiga huruf yang membentuk kata tersebut. Dengan disertai imbuhan dalam pembentukannya, kata-kata ini bisa berubah makna.
Imbuhan dalam bahasa Quran adalah harakat َ ِ ُ ً ٍ ٌْ ّ atau fathah, domah, kasroh, tanwan, tanwin, tanwun, tasjid, sukun (a,i,u,an,in,un,konsonan tunggal, dan doble). Tiga huruf pokok dalam kata kerja berkembang dengan tambahan satu huruf, dua huruf dan tiga huruf dalam setiap kata.


Tata bahasa Quran
3.1 Bahasa

 Bahasa adalah alat suatu kelompok orang untuk menyatakan kesadarannya, maksud dan ide. Nabi Ibrahim pernah berdoa:
واجعلي لسان صدق فى الاخرين
Hubungan kekerabatan Muhammad dengan Ibrahim ; Ibrahim beserta orang-orang Babylon lainnya pindah ke Mekkah. Ibrahim dan istrinya, Hajar, memiliki anak yaitu Ismail. Sedangkan dari istri pertamanya, Sarah. Ibrahim memiliki anak, Ishaq. Ismail menikah dengan orang Arab. Dari garis keturunan inilah, Muhammad lahir. Dan bangsa Yahudi lahir dari garis keturunan Ishaq. Bahasa Quran serumpun dengan bahasa Arab. Pertama kali mendengar bahasa Quran, orang-orang Arab tercengang karena sangat tinggi tata bahasanya dan belum pernah didengar sebelumnya.

Perbedaan bahasa Arab dengan Bahasa Quran
AlQuran disampaikan kepada Rasul dalam bahasa Arab. Allah menyampaikan wahyuNya dalam bahasa kaum di mana wahyu itu turun. Begitu pula AlQuran, seperti wahyu-wahyu sebelum AlQuran.
Lalu mengapa dikatakan bahasa AlQuran tidak persis sama dengan bahasa Arab saat ini dan hanya dikatakan serumpun? Karena bahasa Arab dalam perkembangannya telah dipengaruhi bahasa di luar Arab, baik dalam bentuk kata serapan maupun pola pembentukan katanya. Sedangkan AlQuran sejak diturunkan hingga sekarang tidak pernah mengalami perubahan. Allah menjamin AlQuran dalam perlindungannya.
Jika kita membuka AlQuran dan mengamati ayat-ayat demi ayat dan membuat pengelompokkan pola di dalamnya, maka kita akan menemui keteraturan tata bahasa yang terpola. Berikut adalah pemetaan polanya:

a. Pola kalimat
1. Bahasa Quran memiliki 23 pola bentukan kata (dlm bahasa Arab:kalimah), sedangkan bahasa Arab terdapat 35 pola.
2. Ada 5 pola dalam bahasa Quran tidak ada dalam bahasa Arab. Begitu pula ada beberapa pola yang ada dalam tata Arab yang tidak ada dalam tata bahasa Quran.
Contohnya:المزمّل
Muhammad adalah bangsa Arab dan menggunakan bahasa Arab. Nabi sebagai utusan Allah SWT datang dengan bahasa kaumnya.
b. Bentuk bahasa
1. Bahasa percakapan atau bahasa lisan
Bentuk ini memiliki ciri-ciri:
a. maknanya sangat ditentukan oleh intonasi atau nada pengucapan
b. tidak terkait dengan kaidah tata bahasa
c. terkadi kontak langsung antar lawan bicara
d. tidak bisa dilagukan atau dinyanyikan
2 Bahasa tulisan
a. terikat pada kaidah tata bahasa baku
b. bisa jadi pihak I dan pihak II tidak pernah bertemu, tidak terjadi kontak langsung
3 Bahasa syaira. diucapkan dengan alunan suara
b. bisa jadi isi kalimat yang diucapkan tidak ada kaitan dengan si penyanyi
Bisa diamati, di dalam Quran terdapat bentuk bahasa jenis 1 dan 2. Di dalam Quran, juga terdapat bentuk bahasa lambang. Contohnya, ayat yang berisi percakapan Musa dengan Harun, adiknya. Contoh lainnya adalah ayat tentang percakapan Malaikat dengan Allah.

Dengan demikian, ada ayat-ayat yang bisa dibaca dengan lagu, ada ayat yang harus dibaca keras, dengan biasa dan ada ayat yang sebaiknya dibaca dengan berbisik. Ini semua tergantung pada isi yang dikandung dalam ayat tersebut. Cara lainnya adalah dengan membacanya dalam hati. Sebab, tujuan utama dari pembacaan Quran adalah pemahaman. Quran adalah sebuah petunjuk hidup yang kebenarannye bersifat mutlak. Kebenarannya tidak dilarang untuk dikaji, diteliti bahkan diragukan sekalipun. Jika keraguan itu menjadi awal dari upaya pencarian kebenarannya.

Selain bentuk bahasa, ada kesusastraan dalam Quran. Nilai-nilai kesusastraan dalam Quran, yaitu مبين atau gamblang, Allah menjelaskan kepada hambaNya dengan bahasa yang gamblang dan jelas. Kedua, sastra ungkapan atau perumpamaan. Misalnya, Umar bagaikan singa, artinya Umar pemberani. Dalam sastra perumpamaan, ada 4 piranti; yang diungkapkan, tempat perumpamaan, alat perumpamaan dan hubungan perumpamaannya. Contohnya: اتخذتبيتاوانّ١وهن١لبيوتلبيت١لعنكبوتلوكانويعلمونArtinya: perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah, adalah laksana laba-laba yang membuat rumah. Dan sesungguhnya, serapuh-rapuh rumah adalah rumah laba-laba, kalau mereka mengetahui.

Lainnya adalah ungkapan Harun kepada Musa.... لاباردولاكريم, artinya: jangan kau cukur rambutku dengan sembilu. Perkataan itu mengungkapkan hati Harun yang pedih mendengar tuduhan Musa padanya. Ketika ditinggalkan Musa untuk beberapa lama, banyak umat Musa yang membelot. Sebelumnya, Musa telah menitipkan umatnya pada Harun. Akibatnya, ia mengira Harun telah menyia-nyiakan amanatnya.
3.2 Pengetahuan Dasar
Bahasa Arab memiliki 30 huruf yang disebut huruf hijaiyyah. Pengertian huruf dalam bahasa Arab tidak sama dengan huruf latin. Huruf hidup atau huruf vokal dalam tulisan latin tidak dikenal sebagai huruf dalam tata bahasa Arab. Huruf ini disebut sebagai imbuhan vokal penyerta atau harakat. Harakat terdiri dari fathah, kasroh, domah, tanwan, tanwin, tanwun, sukun dan tasjid َ ِ ُ ً ٍ ٌ ْ ّ ( a, i, u, an, in, un, konsonan mati dan doble).
Berikut adalah huruf dalam bahasa Arab disertai huruf latin:
ا (alif), ب (b), ت (t), ث (ts), ج (j), ح (kh), خ (‘kh’), د (d), ذ (dz), ر (r), ز (z), س (s), ش (sy), ص (sh), ض (dh), ط (th), ظ (‘dh’), ع (‘a), غ (gh), ف (f), ق (q), ك (k), ل (l), م (m), ن (n), و (w), ه (h), ء(hamzah), dan ي (y).Tanda kutip di atas artinya dibaca dengan nada penekanan berat. Sedangkan tanda kutip satu pada huruf ع adalah dibaca dengan penekanan pada ujung pangkal mulut. Seperti pada pengucapan syi’ar, dan sya’ir dalam dalam bahasa Indonesia.

3.2.1 Pola Kata
Setiap kata kerja di dalam Quran sebenarnya terdiri dari 3 huruf pokok (dalam bahasa Indonesia, tiga huruf pokok ini serupa dengan tiga suku kata). Kata-kata yang memiliki lebih dari 3 suku kata adalah bentukan kata setelah ditambah huruf-huruf. Tiga huruf pokok setelah diberi harakat/imbuhan vokal akan menjadi suku kata. Dan pembentukan kata-kata dari 3 pokok suku kata ini (3 huruf pokok) tertata berdasarkan jenis kata yang ada.

Dalam pola kata pada bahasa Quran, terdapat sebelas 11 jenis kata, yaitu kata kerja lampau (ماض ), kata kerja masa sekarang / akan ( مضارع ), kata dasar (مصدر ), kata pelaku atau subjek ( فاعل ), kata benda objek ( مفعول ), kata perintah ( ١مر ), kata larangan ( نهي ), kata benda alat ( ١لۃ ), kata penunjuk waktu ( زمان ) dan kata penjuk tempat ( مكان ). Pada kesebelas jenis kata ini, ada beberapa macam pembentukan. Yaitu ada 6 macam pembentukan tiga huruf pokok (3hp), 4 macam bentukan 3 huruf pokok tambah 1 huruf (3 hp + 1), 6 macam bentukan 3 huruf pokok tambah 2 huruf pokok (3hp + 2) , 5 macam bentukan 3 huruf pokok tambah 3 huruf (3 hp + 3) dan ada 1 bentukan 3 huruf pokok tambah 1 huruf (3 hp + 1) serta 1 bentukan 3 huruf pokok tambah 2 huruf (3hp + 2 ).

1. enam macam pembentukan tiga huruf pokok (3hp)Ada di dalam tabel 1. Contoh kata yang digunakan adalah فعل, kata ini jika dimasukkan ke dalam sebelas jenis kata yang berbeda, akan menghasilkan makna yang berbeda. Misalnya bentuk , menjadi فَعَلَ telah melakukan, يَفْعَلُ sedang melakukan, فَعْلً kelakuan atau perbuatan, فَاعِلٌ pelaku atau yang melakukan, مَفْعُولٌ , اِفْعَلْ berbuatlah (perintah),لاَتَفْعَلْ jangan lakukan (larangan).

Dari satu kata dasar فَعَلَ , terbentuk sebelas macam kata-kata yang berbeda.
2. empat macam bentukan 3 huruf pokok tambah 1 huruf (3 hp + 1)
Contoh ada di Tabel 2
3. enam macam bentukan 3 huruf pokok tambah 2 huruf pokok (3hp + 2)
Contoh di Tabel 3
4. lima macam bentukan 3 huruf pokok tambah 3 huruf (3 hp + 3)
Contoh di Tabel 4
5. satu bentukan 3 huruf pokok tambah 1 huruf (3 hp + 1)
Contoh di Tabel 5
6. satu bentukan 3 huruf pokok tambah 2 huruf (3hp + 2 ).
Contoh di Tabel 6


Setiap dasar kata dalam bahasa Quran bisa menjadi bermacam-macam kata dengan arti yang berbeda. Misalnya kata baca قرأ. Kata ini terdiri dari 3 huruf pokok. Kata ini bisa berarti telah membaca قَرَأ, akan sedang membaca يَقْرأٌ , baca قَرْٲٔ, pembaca قَارِٲٌ , yang dibaca مَقْرُوٲٌ, bacalah ١قْرَٲْ, jangan baca لَاتَقْرَٲْ , alat untuk membaca مِقْرَ١ٲٌ , waktu membaca مَقْرَٲٌ dan tempat membaca مَقْرَٲٌ.

Jumlah keseluruhan kata – kata bentukan itu adalah 23. Karena itu, tata bahasa Quran memiliki 23 pola kata. Secara empiris, jika kita menelaah seluruh ayat dalam Quran, akan ditemukan pola pengelompokan kata ini. Yaitu terdapat 23 pola kata yang berbeda dalam seluruh kandungan Quran.
Untuk mempelajari tata bahasa dalam Quran, para ahli telah lama membentuk dua bentuk pemetaan. Pemetaan ini untuk menyederhanakan pembelajaran Quran secara menyeluruh dan benar.

Berikut adalah tata aturan di dalam 23 pola bentukan kata tersebut:a. PEDAS
PEDAS adalah akronim dari ‘pemecahan dasar’. Pemecahan dasar ini merupakan susunan tata aturan pembentukan kata yang terdiri dari 3 huruf pokok ke dalam 11 jenis kata. Ada enam macam bentukan di dalam PEDAS.
Berikut tabel 6 macam bentukan ke dalam 11 jenis kata:
ماض مضار مصدر فاعل مفعول ١مر نهي عزمان/مكان ماض
verb-telah verb-ing k.benda pelaku objek perintah larangan alat zaman madi mudari'
يَفْعَلُ فُعِلَ مَفْعَلٌ مِفْعَالٌ ﻻَتَفْعَلْ اِفْعَل مَفْعُوْلٌ فَاعِلٌ فَعْلاً يَفْعَل فَعَلَ
يَفْعَلُ فُعِل مَفْعَلٌ مِفْعَلٌ ﻻَتَفْعُلْ اُفْعُلْ مَفْعُوْلٌ فَاعِلٌ فَعْلاً يَفْعُلُ فَعَلَ
يَفْعَلُ فُعِل مَفْعِلٌ مِفْعَلٌ ﻻَ تَفْعِلْ ﺍِفْعِلْ مَفْعُوْلٌ فَاعِلٌ فَعْلاً يَفْعِلُ فَعَلَ
يَفْعَلُ مَفْعَلٌ فُعِل Ǿ ﻻَتَفْعَلْ اِفْعَلْ مَفْعُوْلٌ فَاعِلٌ فَعْلاً يَفْعَلُ فَعِلَ
يَفْعَلُ مَفْعِلٌ فُعِل Ǿ ْ ﻻَتَفْعِلْ ﺍِفْعِلْ مَفْعُوْلٌ فَاعِلٌ فَعْلاً يَفْعِلُ فَعِلَ
يَفْعَلُ مَفْعَلٌ فُعِل Ǿ ﻻَتَفْعُلْ اُفْعُلْ Ǿ فَعِيلٌ فَعْلاً يَفْعُلُ فَعُلَ
Penjelasan:
ماض adalah bentuk kata kerja lampau
مضارع adalah bentuk kata kerja yang sedang dan atau dilakukan
مصدر adalah bentuk kata dasar
فاعل adalah bentuk kata pelaku atau yang melakukan
مفعول adalah bentuk kata objek atau yang dilakukan atau melakukan apa
١مر
adalah bentuk kata perintah
نهي
adalah bentuk kata larangan
١لة adalah bentuk kata benda alat, menunjukkan alat perbuatan
زمان dan مكﺍن adalah bentuk kata penunjuk waktu dan tempat.
Dalam bahasa Quran, kata terdiri dari 3 huruf. Bentuk imbuhan vocal (a,i,u) dan imbuhan konsonan (huruf mati atau sukun) serta syaddah/tasjid atau dobel menjadikan kata dasar (3 huruf pokok) menjadi memiliki makna. Makna yang muncul setelah diberi imbuhan akan berbeda-beda tergantung imbuhan yang disertakan.
Pada pola PEDAS (pemecahan dasar), makna kata tersebut berubah sesuai pola imbuhan vocal yang menyertainya. Pola-pola ini bisa membentuk 11 jenis kata. Yaitu kata kerja lampau, kata kerja sedang/akan, kata dasar, kata pelaku, objek, kata perintah, kata larangan, kata benda alat, kata penunjul waktu dan tempat.
Pada tabel pola selanjutnya, selain imbuhan vokal yang menyertai 3 huruf pokok, ada tambahan satu, dua atau tiga huruf lagi. Huruf-huruf tambahan itu adalah ا , ت , ي . Di pemecahan lanjutan ini, makna yang muncul menjadi bertambah. Misalnya, di jenis kata kerja lampau مﺍض, penambahan huruf alif ﺍ , menjadikan kata kerja itu menjadi kata kerja berobjek.
Pola 3 hp + 1
مضارع ماض زمان مكﺍن ١لة نهي ١مر مفعول فاعل مصدر مضارع ماض
يُفْعَلٌ اُفْعِلَْ مُفْعَلٌ Ǿ لاَتُفْعِلْ اَفْعِلْ مُفْعَلٌ مُفْعِلٌ ﺍفْعاَلاً يُفْعِلُ افْعَلَ
يُفَعَّلٌ فُعِّلَْ مُفَعَّلٌ Ǿ لاَتُفَعِّلْ فَعِّلْ مُفَعَّلٌ مفَعِّلٌ تَعِيْلاً يُفَعِّلُ فَعَّلَ
يُفَاعَلٌ فُوْعِلٌَ مُفَاعَلٌ Ǿ لاَتُفَاعِلْ فَاعِلْ مُفَاعِلٌ مُفاعِلٌ فِيْعالاً يُفَاِلُ فَاعَلَ
يُفَعْفَلٌ فُعْفِلٌ مُفَعْفَلٌ Ǿ لاَتُفَعْفِلٌ فَعْفِلْ مُفَعْفَلٌ مُفَعْفِلٌ فَعْفَلاً يُفَعْفِلُ فَعْفَلَ

Pola 3 hp + 2
مضارع ماض زمان مكﺍن ١لة نهي ١مر مفعول
فاعل مصدر مضارع ماض
يُتَفَعَّلُ تُفُعِّلَ مُتَفَعٌَلٌ Ǿ لاَتَتَفَعَّلْ تَفَعَّلَْ مُتَفَعٌَلٌ مُتَفَعِّلٌ تَفَعُّلاً يَتَفَعَّلُ تَفَعَّلُ
يُتَفَاعَلُ تُفُوْعِلَ مُتَفَاعَلٌ Ǿ لاَتَتَفَاعَلْ تَفَاعَلْ مُتَفَاعَلٌ مُتَفَاعِلٌ تَفَاعُلاً يَتَفَاعَلُ تَفَاعَلُ
يُفْتَعَلُ اُفْتُعِلَ مُفْتَعَلٌ Ǿ لاَتَفْتَعِلْ اِفْتَعِلْ مُفْتَعَلٌ مُفْتَعِلٌ اِفْتِعَالاً يَفْتَعِلُ اِفْتَعَلَ
يُنْفَعَلُ اُنْفُعِلَ مُنْفَعَلٌ Ǿ لاَتَنْفَعِلْ اِنْفَعِلْ مُنْفَعَلٌ مُنْفَعِلٌ اِنْفِعَََالاً يَنْفَعِلُ اِنْفَعَلَ
يُفْعَلُّ اُفْعُلَّ مُفْعَلٌ Ǿ لاَتَفْعَلْ اِفْعَلْ مُفْعَلٌ مُفْعَلٌ اِفْعِلاَلاً يَفْعَلُّ اِفْعَلَ
يُسْفَعَلُ اُسْفُعِلَ مُسْفَعَلٌ Ǿ لاَتَسْفَعَلْ اِسْفَعَلْ مُسْفَعَلٌ مُسْفَعِلٌ اِسْفِعَالاً يَسْفَعَلُ اِسْفَعَلَ

Pola 3 hp + 3
مضارع ماض زمان مكﺍن ١لة نهي ١مر مفعول
فاعل مصدر مضارع ماض
يُسْتَفْعَلُْ اُسْتُفْعِلَ مُسْتَفْعَلٌ Ǿ لاَتَسْتَفْعِلْ اِسْتَفْعِلْ مُسْتَفْعٌَ مُسْتَفْعِلٌ اِسْتِفْعَالاً يَسْتَفْعِلُ اِسْتَفْعَلَ
يُفْتَعَّلُ اُفْتُعِّلَ مُفْتَعَّلٌ Ǿ لاَتَفْتَعَّلْ اِفْتَعَّلْ مُفْتَعَّلٌ مُفْتَعِّلٌ اِفْتَعَّلاً يَفْتَعَّلُ اِفْتَعَّلَ
يُفَّعَّلُ اُفُِّّلَ مُفَّعَّلٌ Ǿ لاَتَفَّعَّلْ اِفَّعَّلْ مُفَّعَّلٌ مُفَّعِّلٌ اِفَّعَّلاً يَفَّعَّلُ اِفَّعَلَ
يُفْتَاعَلُ اُفْتُوْعِلَ مُفْتَاعَلٌ Ǿ لاَتَفْتَاعِلْ اِفْتَاعِلْ مُفْتَاعلٌ مُفْتَاعِلٌ اِفْتِيْعَالاً يَفْتَاعِلُ اِفْتَاعَلَ
يُفَّاعَلُ اُفُّوْعِلَ مُفَّاعَلٌ Ǿ لاَتَفَّاعِلْ اِفَّاعِلْ مُفَّاعَلٌ مُفَّاعِلٌ اِفِيْعَالاً يَفَّاعِلُ اِفَّاعَلَ


Pola 4 hp dan 4 HP + 1
مضارع ماض زمان مكﺍن ١لة نهي ١مر مفعول
فاعل مصدر مضارع ماض
يُفَعْلَرُ فُعْلِرَ مُفَعْلَرٌ Ǿ لاَتَفعْلِرْ فَعْلِرٌْ مُفَعْلَرٌ مُفَعْلِرٌ فِعْلاَرًا يُفَعْلِرُ فَعْلَرَ
يُفْعَلَرُّ اُفْعُلِرٌ مُفْعَلَرٌّ Ǿ لاَتَفْعَلِرَّ اِفْعَلِرَّا مُفْعَلَرّ مُفْعَلِِرٌّ اِفْعِلاَرً يَفْعَلِرُ اِفْعَلَرَ
Ada bentuk lain dari مصدر atau kata dasar, yaitu:
مصدر atau kata dasar
3 HP مَفْعَلاً مَفْعَلاً مَفْعِلاً مَفْعَلاً مَفْعِلاً مَفْعَلاً
3 HP +1 مُفْعَلاً مُفَعَّلاً مُفَاعَلاً مُفَعْفَلاً
3 HP +2 مُتَفَعَّلاً مُتَفَاعَلاً مُفْتَعَلاً مُنْفَعَلاً مُفْعَلاً مُسْفَعَلاً
3 HP + 3 مُسْتَفْعَلاً مُفْتَعَّلاً مُفَّعَّلاً مُفْتاعَلاً مُفَّاعَلاً
4 HP مُفَعْلَرًا
4 HP + 1 مُفْعَلَرًا


b. PETA (Pemecahan Tahap Lanjut)Pemecahan tahap lanjut atau PETA adalah pola-pola pembentukan kata berkaitan dengan subjek atau objek yang menyertainya. Misalnya, kata kerja makan yang digunakan dalam kalimat ‘Dia makan’ dengan kalimat ‘Mereka makan’ akan berbeda.
Pemecahan ini memerlukan pemahaman tentang kata ganti. (dibahas pada sub bab berikut).
Berikut adalah pola pembentukan kata dalam PETA. ada di edisi selanjutnya...
Contoh Kata Dasar Contoh bentukan kata Keterangan

3.2.2 Kata Ganti ضميرKata ganti adalah kata yang mewakili dan menyatakan seorang, dua orang atau lebih. Di Dalam tata bahasa AlQuran terdapat 3 macam kata ganti yang terbagi dalam 14 kata ganti, yaitu:
1. kata ganti orang pertama
2. kata ganti orang kedua
3. kata ganti orang ketiga
Kata ganti ضَمِيْرٌ Jumlah In English
Orang III (laki-laki) هُوَ
هُمَا
هُمْ Tunggal/single
Dua orang/both
Banyak/plural He
They (they)
They

orang III (perempuan) هِيَ
هُمَا
هُنَّ Tunggal/single
Dua orang/both
Banyak/plural She
They (both)
They
Orang II (laki-laki) اَنْتَ
اَنْتُمَا
اَنْتُمْ Tunggal/single
Dua orang/both
Banyak/plural You
You (both)
You (all)
Orang II (perempuan) اَنْتِ
اَنْتُمَا
اَنْتُنَّ Tunggal/single
Dua orang/both
Banyak/plural You
You (both)
You (all)
Orang I اَنَا
نَحْنُ Tunggal/single
Banyak/plural I
We
3.2.3 Huruf Budhuk ( عِلَهَ )Huruf budhuk adalah huruf yang kehilangan bunyi aslinya jika melebur dengan huruf yang fonem vokalnya tertentu, yaitu i untuk ي, u untuk و dan a untuk ١. Huruf budhuk membuat huruf di depannya berbunyi lebih panjang. Ada 3 huruf budhuk yaitu ١,و dan ي.

a. Alif atau hamzahHamzah adalah huruf yang penulisannya seringkali ditulis di atas atau di bawah huruf lainnya. Huruf yang ditumpangi oleh hamzah disebut rumah hamzah. Ada 3 rumah hamzah, yaitu ۱untuk hamzah yang bervokal a, و untuk hamzah bervokal u, dan ي untuk hamzah bervokal i.
1). Pada ١ atau ء di awal kata, jika harakatnya di atas, maka rumah ء adalah ١ (alif)
Yaitu: ٵَ dan ٵُ
Jika harakatnya di bawah, maka : ٳِ
2). Pada ء hamzah di tengah kata, jika hamzah itu:
a. mati atau sukun, maka ء ditulis di atas harakat huruf sebelumnya. Contohnya:
بَأْسَ , مُؤْمِنْ , بِئْسَ
b. berbaris, maka ء ditulis di atas rumahnya sendiri. Contohnya :
سَأَلَ , رَؤُفَ , قَائِلُ
Ketentuan ini (2b) tidak berlaku jika huruf sebelum hamzah memiliki harakat ُ dan ِ .
Jika demikian, maka hamzah ditulis di atas harakat baris sebelumnya.
c. hamzah antara huruf ا dan ي , maka hamzah boleh ditulis di atas ي atau sendiri (tanpa rumah). Contohnya: بَرَاءِيْ atau بَرََئِيْ
d. hamzah disambung dengan ۃ, maka hamzah ditulis di atas alif ۱, contohnya:
نَشْأَۃٌ
e. jika sebelum hamzah adalah huruf budhuk (۱ , و, ي ), maka hamzah ditulis:
1. jika ي , contoh: َرَيْئَةٌ , hamzah ditulis di atas rumahnya sendiri
2. jika ۱dan و , contoh: لُوْءَةٌ , بَرَاءَۃٌ, hamzah ditulis sendiri
3). Pada hamzah di akhir kata dan hamzah:
a. berharakat/berbaris, maka hamzah ditulis di atas harakat huruf sebelumnya. Contohnya:
ضَمِئَ , لَكَأَ , هَبُؤَ
b. sebelumnya adalah sukun (ْ ), maka hamzah ditulis sendiri tidak di atas huruf apapun atau gentayangan. Contohnya:
جُزْءٌ , لَوْءٌ
c. bersambung dengan kata ganti ضمير , maka ada 2 ketentuan:
Contohnya:
بَقَاءَهُ hamzah ditulis sendiri
بَقَاؤُهُ hamzah ditulis di atas rumahnya masing-masing
بَقَائِهِ

b. huruf و dan ي
Pada kedua huruf budhuk ini terdapat hukum IBDAL atau hukum penggantian.

3.2.4 Bengek
Bengek adalah dua huruf yang sama dan letaknya berurutan. Misalnya تَبْبَ, setelah ت, ada dua huruf ب yang letaknya berurutan. Untuk kondisi ini, harakat atau imbuhan vokal (huruf hidup) yang digunakan adalah harakat pada ب yang kedua. Demikian, menjadi تَبَّ.
Pada bentuk kata perintah dan kata larangan, jika ditemui bengek (huruf ganda) maka huruf alif atau١, menjadi dihilangkan. Huruf alif pada kata perintah dan larangan disebut alif amar.

3.2.5 PETA luar biasa
PETA luar biasa adalah bentuk pemecahan lanjutan di luar bentuk PETA di pokok bahasan sebelum ini. PETA ini disebut PETA PENAT, singkatang dari Pemecahan Tahap Lanjutan dengan Penekanan Nada Berat. Ada 2 macam PETA PENAT:
1. PETA PENAT مُضَارِعٌ biasa
Pada jenis ini, akan ditemui نّ atau doble nun. Huruf ل atau lam pada kata perintah dan larangan menjadi difathahkan atau harakat a ( َ ), kecuali pada bentuk kalimat (subjek) jamak. Misalnya: يَفْتَحُ menjadi يَفْتَحَنَّ
Artinya: sedang / akan membuka menjadi berarti sungguh-sungguh akan membuka.
1. PETA PENAT مُضَارِعٌ luar biasa
a. PENAT pada kata perintah

Pada jenis ini, jika ditemui لِ pada kata perintah, maka artinya kata perintah ini ditujukan pada orang ke tiga III. Jenis kata ganti, bisa di lihat di pokok bahasan selanjutnya. Perintah ini adalah bentuk perintah atau suruhan yang halus.Makna dari perintah jenis ini adalah ‘agar’ dan ‘hendaknya’.
Sedangkan pada perintah untuk orang I dan II, akan ditemui huruf لَ atau la. Bentuk perintah ini bermakna pasti, contohnya dalam AnNahl:98 dan al Ankabut:28,29.

3.2.6 Kata Benda
Kata benda yang akan dibahas disini adalah kata benda pelaku. Ada tiga macam kata pelaku, yaitu:
1. Kata pelaku lebih اِسْمٌتَفْضيْلٌ
Arti lebih di atas adalah lebih dalam perbuatan atau pekerjaannya. Pada kalimat, pekerjaan pelaku atau subjek adalah predikat. Contohnya, اَكْرَمُ . Kata ini asal katanya adalah كرم, terdiri dari 3 huruf pokok. Arti harfiah كرم adalah mulia. Pada اَكْرَمُ, kata mulia berarti ‘lebih memuliakan’, karena اَكْرَمُ adalah predikat untuk kata pelaku. Sedangkan kata pelaku adalah termasuk ke dalam kata benda.
2. Kata pelaku sangat اِسْمٌﻤُشَايَمَةٌ
Polanya adalah :
- فَعَلٌ
Dibaca: fa’alun. Contohnya, حَسَنٌ artinya pelaku hidup sangat baik atau yang melakukan hidup yang sangat baik.
- فَعِلٌ
Dibaca : fa’ilun. Contohnya عَمِهٌ, artinya pembingung sangat atau yang membuat sangat bingung.
- فَعِّلٌ
Dibaca fa’ilun. Contohnya لَيِّنٌ atau orang yang lembut
- فَعِيْلٌ
Dibaca fa’iilun. Contohnya كَرِيْمٌ atau orang yang sangat memuliakan atau yang sangat melakukan perbuatan mulia
- فَعْلٌ
Dibaca fa’lun. Contohnya صَعْبٌ atau orang yang sangat menyulitkan atau sangat membuat sulit.
3. Kata pelaku paling اِسْمٌ فَاعِلٌ

3.2.7 Macam-macam bentuk kata Kata Sandang جَرٌّمَجْرُوْنْ
a. بِ
contoh: Albaqarah:23
b. مِنْ
contoh: Albaqarah:25
c. عَلَى
contoh: Albaqarah:45
d. اِلَى
contoh: Albaqarah:29
e. فَوْقَ
contoh: Albaqarah:63
2.7.2 اِنَّ dan kawan-kawan
a. اِنَّ
contoh: Albaqarah:62
b. اَنَّ
contoh: Annisa:60
c. وَلَكِنَّ
Contoh: Annisa:166
d. لَعَلَّ dan وَلَكِنْ
Contoh: Almaidah:6
e. كَٲَنَّ
f. لَيْتَ

kata sambung كَانَ dan kawan-kawan
a. كَانَ
b. ضَلَّ
c. لَيْسَ
d. مَا
e. صَارْ
f. اَصْبَحَ
g. بَاتَ
h. اَمْسَ

Huruf yang mensukunkan fiil mudharika.لَمْ
b. لاَ
c. مَنْ
d. ماَ
e. اِنْ = jika, فَ = maka

kata penghubung
a. وَ
contoh: Maryam:71
b. ثُمَّ
contoh: Maryam:69
c. حَتَّى
contoh: Fushilat:20
d. اَوْ
contoh: Az Zuhruf:80
e. وَلٰكِنْ

kata penghubung
a. اَلَّذِي
Contoh: al Ahzab:41
b. اَلَّتِى
c. مَا

kata tanya
a. ٲَ
b. َمْ
c. هَلْ
d. مَنْ
e. مَا
f. اَيْنَ
g. كَيْفَ
h. مَتَى
i. كَمْ

3.2.8 Teori Kalimat
Kalimat adalah susunan kata yang membentuk pokok kalimat dan keterangan kalimat. Dalam bahasa Indonesia, pokok kalimat biasanya berupa subjek dan keterangan kalimat adalah predikat yang menyertainya.
Macam-macam kalimat
1. kalimat tunggal atau kalimat dasar.
Kalimat terdiri dari dua macam kalimat, yaitu kalimat nominal dan kalimat verbal.
a. kalimat kata benda (kalimat nominal) جُمْلَﺔٌاِسْمِيَةٌ
contohnya:

Pokok Kalimat
Ha-hal yang menjadi pokok kalimat dalam tata bahasa Quran adalah nama sesuatu/seseorang, kata pengganti nama (kata ganti), kata sambung, اِنَّ dan كَانَ serta kata majemuk ( اِضَافَةٌ ).
1. Nama sesuatu/seseorang
Nama ini adalah nama identitas dari seseorang atau sesuatu barang. Misalnya : Budi, Paman, Wati, Si Pandai dan lainnya. Contoh nama barang adalah buku, mobil, pagar Pak Andi, baju ibu dan lainnya.
2. Kata ganti ضَمِيْرٌ
Dalam bahasa Indonesia, kata ganti terdiri dari kata ganti orang pertama, kedua dan ketiga. Misalnya: saya, kami, kamu, kalian, dia dan mereka. Dalam bahasa Quran ada 14 kata ganti untuk orang pertama, kedua dan ketiga, yang terbagi menjadi kata ganti tunggal dan jamak. (mengenai kata ganti, telah dibahas pada sub bab sebelumnya)
3. Kata sambung
Contoh kata sambung dalam bahasa Quran adalah اَلَّذِ , اَلَّذِيْنَ
Misalnya: Annas:5……… اَلَّذِيْيُوَسْوِسُ ‘yang membisikkan dalam dada manusia’.

Note: Mohon maaf atas kesalahan bentuk tabel di atas. Karena keterbatasan format, jika Anda ingin tabel pola kata yang jelas dan terstruktur, harap kirimkan email kosong kepada saya dan akan saya balas.

Terima Kasih

sumber: materi studi Quran

2. Pengantar Studi Ilmu AlQuran


2.1Petunjuk HidupApakah petunjuk hidupmu? Quran kah? Sudahkan Anda memahami seluruh isi Quran sebagai petunjuk hidup? Jika saya masih menjadikan sesuatu yang saya tidak pahami sebagai pedoman hidup, maka semua itu adalah omong kosong. Mari kita telusuri seberapa paham kita terhadap Quran...Sudah lebih dari 1400 tahun sejak Muhammad meninggalkan AlQuran untuk umatnya dan menjanjikan benarnya hidup dengan AlQuran dan sunahnya. Banyak hal terjadi selama kurun waktu itu. Teks bisa terjaga keasliannya. Tapi Islam bukan saja ada di Arab. Banyak umat Islam yang tidak memahami bahasa Arab. Ketika AlQuran turun, kaum Quraish terpukau oleh keindahan bahasa AlQuran yang belum pernah mereka dengar sebelumnya. Jadi, bahasa AlQuran bukanlah bahasa keseharian yang lazim, ia adalah bahasa dengan nilai kesusasteraan tinggi. Anda bisa bayangkan perjalanan pemaknaan terhadap teks AlQuran.
Apakah saya hanya puas mendapatkan AlQuran yang telah dimaknai oleh ribuan generasi? Saya analogikan sebagai air, air yang saya dapat adalah air hilir yang telah banyak tercemar dalam perjalanannya dari hulu atau sumber air. Walaupun terlambat bagi saya, saya harus mempelajari AlQuran secara orisinil. Perangkat yang saya perlukan adalah bahasa. Bahasa AlQuran.

Orang Yahudi kok pintar-pintar ya?”Mungkin Anda pernah mendengar ‘selentingan’ , “Orang Yahudi kok pointar-pintar ya?”, banyak ilmuwan-ilmuwan dunia berasal dari bangsa ini, misalnya Albert Einstein (yahudi yang berkebangsaan Amerika), seorang penemu teori relativitas energi. Tidak perlu heran, karena selama berabad-abad lamanya, firman-firman Allah turun pada bangsa Yahudi. Pengetahuan membuat manusia menjadi berilmu, dan ilmu membuat manusia menjadi pandai. Faktor intelejensi hanya mempengaruhi seberapa cepat seseorang bisa memahami informasi yang ia terima.

Jika ada penelitian, seorang anak dari keturunan orang yang ber IQ tinggi, diletakkan di dalam lingkungan terisolasi, tanpa ada yang memberinya informasi dan tidak diajak berkomunikasi. Hasilnya, tidak peduli seberapa tinggi intelektual quotion-nya (IQ), anak itu tumbuh besar sebagai anak yang bodoh, tanpa kepandaian dan tanpa keterampilan.
Ratusan tahun lamanya Allah menurunkan ilmu sebagai petunjuk hidup kepada suatu kaum yang akhirnya berkembang menjadi bangsa yang besar. Kaum Tsamud dan kaum Ad adalah contoh kaum yang dengan ilmu dari Allah, mampu membuat peradaban-peradaban besar dunia. Piramida, obelisk, tembok cina, adalah contoh karya-karya besar sepanjang masa yang telah dibuat manusia ribuan tahun lalu.
Jika Anda menganggap masa lalu adalah masa di mana manusia belum mampu menciptakan apapun seperti masa sekarang, mungkin catatan sejarah mampu mengubah pandangan Anda. Tokoh nasional, Soekarno pernah berujar JASMERAH, jangan sekali-kali melupakan sejarah.

Lihatlah di sekeliling Anda, kemiskinan dan kebodohan ada di mana-mana. Lihatlah lebih jauh lagi, bahwa kita tidak sendiri, negara-negara miskin ada di mana-mana. Dan lihatlah lebih seksama lagi. Siapakah kita? Siapakah mereka yang senasib dengan kita? MUSLIM

Hampir seluruh penyandang kemiskinan dan kebodohan di dunia ini adalah orang Islam. Yaitu orang-orang yang telah diberi petunjuk hidup oleh Allah sang pembuat hidup. Silahkan Anda menangis...Tetapi, bukan tangisan yang Anda butuhkan saat ini. Tangisan hanya membuat perut semakin lapar dan otak semakin kosong. Semoga Anda sepakat dengan saya. Bahwa titik masalahnya adalah orang Islam tidak memahami petunjuk hidupnya sendiri, tidak memahami kitab agamanya sendiri. Logikanya, orang yang punya petunjuk hidup adalah orang yang menguasai kehidupan. Nyatanya, sebagian besar muslim adalah orang-orang yang tersingkir dari catur kekuasaan dunia. Quran bukan untuk alam kematian, Quran adalah pedoman hidup.

2.2 Sejarah AlQuran
Masa sejarah penulisan AlQuran sama dengan masa turunnya wahyu itu sendiri. Rasul selalu memerintahkan para sahabatnya untuk menuliskannya setiap kali wahyu turun. Namun, di jaman rasul, AlQuran belum berbentuk kitab seperti sekarang ini. Kalam-kalam Allah ini tersebar dalam helai-helai yang ditulis. Banyak sahabat yang menulis dan mengumpulkan setiap wahyu yang turun pada rasul. Kumpulan tulisan ini disebut mushaf. Ada mushaf Ali bin Abi Thalib, Ubay bin Ka’b dan Zaid bin Tsabit, Umar bin Khatab dan mushaf Abu Bakar. Banyak pula sahabat rasul yang hafal AlQuran (hafidz). Pada jaman kekhalifan Utsman bin Affan mushaf-mushaf ini dikumpulkan dan dari kesamaan mushaf-mushaf ini dilakukan penulisan ke dalam sebuah kitab.
Cara penulisan wahyu pada masa awal munculnya Islam adalah dengan mencatatnya di atas apa saja yang bisa ditorehkan tulisan. Di antaranya adalah:
• ‘Usub, jamak dari kata ‘Asib yang berarti pelepah korma.
• Likhaf, bentuk jamak dari kata ini adalah lakhfah yang berarti batu-batu yang tipis dan berwarna putih.
• Riqa’, bentuk jamaknya adalah ruq’ah, artinya lembaran-lembaran kuliy atau daun atau kertas.

Masa turunnya AlQuran
Masa turunnya AlQuran secara bertahap selama dua puluh tahun, dimulai tiga tahun setelah bi’tsah, akhir hayat Rasulullah saw. Sedangkan di dalam surat alBaqarah:185 dan surat alQadr:1 disebutkan bahwa AlQuran diturunkan pada malam bulan ramadhan, malam Qadr. Dari beberapa pendapat ahli hadits dan sejarawan tergambar garis besar bahwa AlQuran memiliki dua wujud, wujud lahiriah yang terjelma dalam bentuk lafazh-lafazh dan kalimat-kalimat, kedua adalah wujud batiniah yang tetap berada dalam posisinya. AlQuran dalam wujud batiniah dan aslinya menjelma dalam hati rasulullah saw secara utuh pada malam Qadr.

Tertundanya Turunnya Quran selama 3 tahunAwal turunnya wahyu risali pada tanggal 27 Rajab, 13 tahun sebelum hijrah (609 M). Namun turunnya Quran sebagai kitab samawi, pernah tertunda selama 3 tahun. Ketertundaan ini disebut Fathrah. Ketika berada dalam rentang waktu itu, rasulullah menjalankan dakwahnya secara diam-diam hingga ayat ini diturunkan, Maka sampaikanlah secara terang-terangan segala yang diperintahkan (kepadamu) (QS alHijr:94).

Pengumpulan dan Penyusunan AlQuranPengumpulan ini berlangsung selama beberapa tahun atas upaya beberapa orang dan berbagai kelompok. Sedangkan urutan, susunan dan jumlah ayat dalam setiap surah sudah dibakukan sejak jaman Rasulullah berdasarkan perintah Allah swt.
Pada saat itu bentuk tulisan alQuran tidak seperti sekarang ini. Tulisan AlQuran saat itu adalah tulisan tanpa harakat (sandang) atau dikenal dengan ‘tulisan Arab gundul’. Namun seiring dengan perkembangan Islam, makin banyak orang yang memeluk Islam, tidak hanya orang Arab (yang mengerti bahasa Arab), tapi juga orang-orang di luar Arab. Orang-orang bukan Arab yang tidak mengerti bahasa Arab, mereka sering salah membunyikan tulisan dalam alQuran karena tidak ada sandangan yang membedakan bunyi fonem (a,i,u) pada huruf-hurufnya. Untuk mempermudah orang melafalkan, mengeja dan mengucapkan tulisan dalam alQuran, maka tulisannya diberi harakat atau sandangan(a,i,u). Tentang penulisan AlQuran dibahas dalam subjudul sejarah AlQuran.

2.3 Sifat Studi AlQuranStudi AlQuran yang akan digunakan adalah AlQuran menurut sunah rasul, yaitu menurut apa yang diajarkan, diucapkan dan diamalkan oleh Muhammad SAW. Ada pula orang-orang yang mengamalkan dan menggunakan kalam Allah (AlQuran) untuk selain yang dicontohkan rasul, mereka menyalahgunakan AlQuran untuk hal-hal yang tidak berfaedah baik.

Apakah AlQuran bisa disalahgunakan? Bisa saja. Sama seperti Anda memiliki pena. Pena berguna untuk menulis, tapi Anda juga bisa menggunakannya untuk mencelakai orang bila digunakan untuk menusuk matanya, misalnya. Mungkin Anda juga bisa menggunakannya untuk mendzalimi orang dengan menuliskan sebuah fitnah tentang orang itu di atas kertas yang kemudian Anda sebarkan. Manfaat pena itu tergantung pada siapa Anda.

Untuk menyamakan persepsi dalam studi ini, ada dua pertanyaan yang harus kita jawab. Pertama, apakah pengertian din (agama) bagi Anda? Kedua, untuk apa Anda melaksanakan ajaran agama?Anda memiliki jawaban, saya pun punya jawaban. Pertama, dien adalah tata aturan hidup yang berasal dari Allah, yang menciptakan kehidupan. Kedua, dien dilaksanakan untuk kehidupan di dunia. Akhirat adalah hasil dari kehidupan dunia, akhirat adalah akibat dan dunia adalah sebab. Allah tidak menurunkan agama untuk dilaksanakan di akhirat, tetapi untuk dilaksanakan di dunia.
Jadi, pengajian bukanlah untuk kepentingan akhirat saja, tapi untuk mengkaji aturan dari Allah untuk menjalani hidup di dunia. Bagaimana dengan kehidupan saya di akhirat? Otomatis, yaitu akhirat adalah kehidupan yang secara otomatis, dengan sendirinya tercipta dari kehidupan di bumi. Artinya kehidupan di akhirat adalah cerminan dan efek dari kahidupan saya selama hidup di dunia. Sama halnya ketika saya bercermin melihat bayangan yang memantul di sana. Jika saya ingin merapikan tampilan rambutan saya di cermin, maka yang harus saya rapikan adalah rambut saya, bukan mengubah cermin, karena tidak mungkin. Tidak ada ikhtiar yang bisa dilakukan di akhirat. Akhirat adalah hasil akhir amal perbuatan di dunia. Karena itu, mempelajari AlQuran adalah kewajiban di dunia sebagai bekal hidup di dunia. Bagi saya bekal hidup di akhirat adalah hidup di bumi. Lalu bagaimana halnya dengan pahala? Bukankah pahala adalah bekal saya di akhirat?

Tahukah Anda tentang arti pahala? Pahala adalah sebuah kebaikan. Pahala adalah sebuah manfaat positif atas amal perbuatan. Pahala bukanlah sebuah perhitungan kuantitatif deretan angka-angka. Jika saya menjalani hidup di dunia dengan baik dan benar, maka dengan sendirinya kehidupan baik pula yang akan saya jalani di akhirat. Seperti layaknya orang bercermin. Apa yang ada pada diri saya, itulah yang nampak pada cermin. Saya belum pernah mati, begitu pula Anda. Keyakinan saya berasal dari pengerahan seluruh kemampuan saya untuk berpikir. Dan saya hidup dengan keyakinan tersebut.

AlQuran adalah qalam Allah kepada manusia yang berisi ajaran-ajaran dan petunjuk hidup. Apakah Alquran itu berbentuk sebuah kitab? Tidak selalu. Apakah jika ia ditulis di sebuah dinding maka ia bukan lagi AlQuran?
Di jaman rasul, Muhammad SAW, AlQuran belum berbentuk buku seperti sekarang. AlQuran masih ditulis dalam bentuk mushaf-mushaf yang terpisah-pisah.
Umat Islam diperintahkan untuk menghormati AlQuran. Apakah saya telah menghargai AlQuran? Menaruh AlQuran pada tempat yang tinggi, tempat yang indah, adalah baik. Tapi ada yang lebih layak dari itu semua, yaitu menaruh AlQuran di tempat yang benar. Di manakah? Di dalam setiap perbuatan saya. Itulah obsesi saya.
Menghormati AlQuran berarti menghormati ajaran Allah. Jika saya menghormati AlQuran dengan menghormati isi AlQuran dan melaksanakannya, sudah pasti saya pun menghormati AlQuran dalam bentuk wujudnya, kitabnya.

Studi ini adalah studi untuk memahami AlQuran menurut sunah rasul. Pemaknaan sesuai dengan tuntunan rasul Muhammad SAW. Sunah rasul ada dua bentuk, sunah qawliyah (perkataan) dan sunah fi’liyah (perbuatan).
Studi berarti belajar, yaitu kegiatan belajar untuk memahami, mengerti dan mengetahui. Studi AlQuran berarti belajar memahami, mengerti dan mengetahui AlQuran secara benar menurut sunah rasul.
Mengapa tidak digunakan istilah ‘pengajian’? Karena arti pengajian secara umum kini telah menyimpang dari arti harfiahnya. Pengajian berasal dari kata ‘kaji’ yaitu menelaah, membahas, mempelajari. Maka seharusnya pengajian AlQuran adalah sebuah kegiatan yang berupaya untuk mempelajari dan memahami tentang AlQuran. Namun yang saya temui dalam masyarakat, mengaji adalah kegiatan membaca, melantunkan, membunyikan, melafalkan huruf-huruf yang tertera dalam AlQuran. Dalam hal ini, pengertian membaca pun telah bergeser. Dalam kamus, membaca berarti kegiatan menangkap, memperoleh pengertian tentang hal yang tertera dalam bentuk serangkaian huruf menjadi sebuah pengertian dalam pikiran kita. Jika saya tidak mampu memperoleh sebuah pengertian tentang serangkaian huruf yang saya baca, maka benarkah bahwa saya ‘membaca’?

اِقْرَأْ bacalah adalah firman Allah yang pertama kali diterima Nabi Muhammad SAW. Ini adalah perintah bagi seluruh umat manusia. Manusia diperintahkan untuk membaca, membaca petunjuk Allah yang turun dalam bentuk alQuran. Sudahkah saya memenuhi perintahNya?
Banyak orang yang telah menjalankan perintah membaca alQuran. Namun sayangnya, pengertian ‘membaca’ mereka adalah pengertian ‘membaca’ tidak dalam arti sebenarnya. Pada umumnya banyak yang mengartikan membaca sebagai membunyikan huruf-huruf di dalam AlQuran tanpa memahaminya. Kegiatan membunyikan tulisan ini pun menjadi beragam bentuk, dengan nada-nada atau melodi tertentu. Hal ini tidak salah, namun belum sepenuhnya benar, karena tujuan membaca menjadi tidak tercapai. Yaitu memindahkan pengertian yang tertera pada hal tulisan yang dibaca ke dalam pengertian di benak si pembaca.

Mungkin ada sebagian orang yang ‘mengaji’ untuk mendapatkan pahala dari Allah. Entah dengan pemahaman atau tidak, orang-orang ini merasa telah melaksanakan perintah Allah agar membaca AlQuran. Mereka bertujuan mengharapkan pahala atas amal ibadah mengaji. Apakah mereka memperoleh manfaat dari itu? Apa yang mereka dapat? Jika Anda menjawab: pahala, maka: apakah tujuan dari kegiatan pengajian? Pemahaman atau pahala?
Sifat Studi AlQuran Kegiatan studi AlQuran ini memiliki sifat-sifat yang mendukung tercapainya tujuan mempelajari AlQuran, yaitu mengerti AlQuran secara benar. Berikut adalah sifat studi AlQuran:
1. Pribadi atau personal
Studi AlQuran bersifat pribadi. Artinya setiap orang yang melakukan studi AlQuran ini adalah orang yang mewakili dirinya sendiri. Ia sebagai individu, tidak mewakili golongan, kelompok, suku atau aliran tertentu. Ia melakukan studi AlQuran dalam kapasitas dirinya sebagai manusia beriman yang ingin memahami isi AlQuran. Jika nantinya, ia melakukan transfer tentang apa yang ia ketahui kepada orang lain, maka itu ia lakukan atas kesadaran mengamalkan ilmu. Sesuai hadits rasul, “Sampaikanlah walau hanya satu ayat”.
2. Komparatif
Studi ini bersifat komparatif, yaitu membandingkan kajian studi dengan standar AlQuran menurut sunah rasul. Pemaknaan AlQuran menurut sunah rasul selalu dijadikan standar kebenaran dalam studi ini. Karena Muhammad SAW adalah manusia yang paling memahami AlQuran.

Prinsip terlarang dalam studi: Dalam melakukan studi ini, ada hal-hal yang tidak boleh dilakukan. Hal-hal terlarang ini akan menghambat tercapainya tujuan studi. Prinsip-prinsip yang tidak boleh dipakai dalam studi ini:

1. Tidak ada selain yang sudah diketahuiArtinya kita menutup diri dari pengetahuan-pengetahuan baru. Ini tidak boleh dilakukan. Di hari kemarin kita tidak mengetahui tentang sesuatu, di hari kemudian boleh jadi pengetahuan kita bertambah. Pengetahuan yang dimiliki manusia selalu bertambah, karena manusia dikaruniai akal. Dengan akalnya ia berusaha mencari kebenaran. Hanya Allah yang Maha tahu segalanya, manusia tidak mengetahui apapun kecuali yang Allah beri. Tugas manusia untuk mencari ilmu. Ini sudah menjadi tugas naluriah manusia. Manusia dikarunia sifat selalu ingin tahu. Jika kita tidak ingin berusaha untuk mencari ilmu, mungkin artinya kita sudah kehilangan sebagian naluri kita. Untuk itu prinsip yang benar dalam studi ini adalah “Selalu ada yang belum kita ketahui”.

2. Tidak benar selain yang sudah dikaji Dalam etika keilmuan, prinsip ini pun tidak boleh ada. Begitu pula dalam upaya studi ini. Tidak benar selain yang sudah dikaji, artinya kita tidak menerima rumusan baru, hasil kajian baru selain yang sudah ada. Prinsip ini tidak boleh ada dalam kegiatan kita melakukan studi AlQuran.
Pada masa Yunani kuno, orang-orang percaya bahwa bumi adalah pusat alam semesta, di mana matahari, bulan dan benda-benda langit lainnya berputar mengelilingi bumi. Ini dikenal dengan Geosentris, Aristoteles adalah penemunya. Kemudian, setelah lensa teleskop dan teropong ditemukan, di mana manusia bisa melihat benda-benda lebih jauh, muncul pengetahuan baru pada seorang manusia bernama Galileo Galilai. Ia berkata bahwa bumi bukanlah pusat alam semesta. Matahari adalah pusatnya, dikenal dengan teori Heliosentris. Bumi, bulan dan planet-planet lainnya berputar mengelilingi matahari. Pada saat itu orang-orang Yunani tidak mau menerimanya. Mereka beranggapan Aristoteles adalah benar dan tetap akan benar. Kepercayaan ini diperkuat oleh Injil yang menyatakan bahwa bumi adalah pusat alam semesta. Saat itu dipercaya juga bahwa bumi berbentuk datar. Ketika itu dipercaya, jika kita mengarungi bumi sejauh-jauhnya, maka kita akan menemui ujung bumi dan akan terlempar ke bawah seperti terjatuh dari atas sebuah meja. Seiring dengan itu Galileo juga mengungkap tentang penemuannya pada hukum gerak jatuh bebas. Ia berkata bahwa benda berat dan benda ringan akan jatuh dengan sama cepat. Ini bertentangan dengan apa yang telah diungkapkan oleh Aristoteles. Menurutnya benda yang lebih berat akan jatuh terlebih dahulu dari benda yang lebih ringan. Orang-orang saat itu menganggap Aristoteles lah yang benar, karena menurut mereka ucapan Aristotelas lebih masuk akal. Benda berat tentu sampai di tanah lebih dulu dibanding benda ringan bila dijatuhkan dari atas. Saat ini percobaan ilmiah telah membuktikan bahwa Galilieo adalah benar dengan hukum gerak jatuh bebas. Semua benda akan tiba secara bersamaan bila dijatuhkan pada saat yang sama. Dan untuk benda-benda tertentu, seperti bulu ayam misalnya, akan jatuh lebih lambat dibandingkan besi misalnya. Hal ini karena ada resistensi udara yang menghalangi bulu ayam. Namun bila resistensi udara ditiadakan, kedua banda yang berbeda bobot ini akan tiba di tanah secara bersamaan. Hal ini telah dibuktikan pada ruang hampa udara.

Bayangkanlah, bagaimana jika berpegang pada prinsip Tidak benar selain yang sudah dikaji. Apa jadinya manusia sekarang? Kita akan tetap terkukung pada kebodohan tanpa ilmu. Tidak ada perkembangan peradaban. Karena adanya penemuan dari orang-orang yang berpikirlah, kita bisa berada dalam peradaban. Dan karena adanya sifat terbuka, mau menerima perubahanlah peradaban terus berkembang dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Karena itu, dalam melakukan studi ini, prinsip-prinsip yang menjerumuskan pada kebodohan ini harus ditinggalkan. Yang benar adalah “Selalu ada kebenaran yang belum kita kita ketahui”.

3. Tidak boleh ada selain yang sudah diakui/dikaji oleh umum Prinsip ini sama dengan dua prinsip sebelumnya. Orang yang memegang prinsip ini artinya ia tidak mau menerima hal-hal baru. Ia hanya mau menerima apa yang sudah diwariskan oleh pendahulunya. Prinsip ini tidak boleh ada dalam studi mempelajari alQuran. Ilmu Allah sangat luas dan ilmu manusia hanya setitik dibanding denganNya. Selalu ada hal yang belum diketahui,dipahami dan dikaji manusia. Pengetahuan manusia akan selalu bertambah selama ia berusaha mencarinya. Allah akan memberikan ilmuNya pada manusia selama ia berusaha mendapatkannya.

sumber: tulisan penulis berdasar materi studi Quran






1.1 Sejarah Iman dan Islam

Sejarah berasal dari kata شَجَرَۃٌ ,istilah ini terdapat dalam AlQuran, dalam bentuk مصدر, kata ini berarti ‘pertumbuhan’ atau ‘perkembangan’. Bentuk lainnya adalah سيرۃ yaitu perjalanan dan يوم yaitu peredaran, yang bisa berarti peredaran pada tempatnya (rotasi) atau peredaran mengelilingi (revolusi). Dalam subjudul sebelumnya disebut bahwa iman adalah pandangan dan sikap hidup manusia.
Sejarah iman akan menguraikan perjalanan, perkembangan dan pertumbuhan pandangan dan sikap hidup manusia sampai tahap pemaknaan iman. Dituturkan pula sejarah terbentuknya mengapa iman diartikan sebagai (hanya) ‘percaya’, seperti yang terjadi sekarang ini.

Sejarah iman diisi oleh dialog silih berganti antara masa nur dan masa Zulumat. Masa nur adalah ketika hidup manusia diterangi oleh petunjuk hidup dari Allah yang dibawa oleh rasulNya. Para rasul membawa petunjuk yang diberikan untuk umat manusia. Zulumat adalah masa ketika umat manusia meninggalkan petunjuk hidup dari Allah. Zulumat berarti kegelapan, artinya manusia berada dalam kegelapan, tidak bisa melihat petunjuk dan tatanan hidup yang benar dari Allah. Masa di mana manusia hidup tanpa tatanan, aturan hidup yang benar, hidup yang tidak teratur, tidak tertata dan kacau (chaos). Sejak zaman nabi Adam AS, keadaan nur dan zulumat terus silih berganti.
Adam Idris Ibrahim Isa Muhammad
Saat ini kita hidup pada masa setelah masa Muhammas SAW. Apakah kita berada pada masa zulumat. Mari kita lihat sejarah berikut.
Nabi Muhammad SAW meninggal di usia 63 tahun (dalam hitungan tahun hijriah). Terjadi tiga perisiwa besar sesaat setelah Nabi meninggal. Yaitu:
1. Sekitar 40 ribu orang Islam keluar dari Islam. Golongan ini dipimpin oleh Musalamah al Ahzab
2. Umar bin Khatab mengalami shock, guncangan jiwa yang hebat saat mengetahui nabi meninggal. Ia berkeliling kota dengan menghunus pedang dan mengancam akan membunuh siapapun yang berkata nabi telah meninggal. Umar tidak menerima kenyataan bahwa Muhammad telah meninggal.
3. Dalam kondisi ini terjadi pertengkaran antara kaum Muhajjirin (mukmin yang berhijrah dari Mekkah ke Madinah) dengan kaum Anshar (mukmin penduduk kota Madinah). Mereka berdebat tentang siapa yang lebih berhak memimpin umat sepeninggal nabi.

Abu Bakar mengatasi ketiga kekacauan ini. Pertama yang dia lakukan adalah menyadarkan Umar bin Khatab. Abu Bakar membawa alQuran kepada Umar dan membacakan surat Ali Imran ayat 144 :”Dan Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sunggah telah berlalu sebelumnya beberapa rasul. Maka apakah kalau dia wafat atau dibunuh, kamu akan surut ke belakang (murtad). Barangsiapa surut ke belakang, maka ia tidak akan memudaratkan Allah sedikit pun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur”.

Setelah mendengar ayat itu, Umar tersadar dari guncangan jiwa yang dialaminya. Umar bersama Abu Bakar menyelesaikan kekacauan sepeninggal Nabi. Abu Bakar mengatasi perselisihan yang terjadi antara kaum Anshar dan Muhajjirin dengan cara mempertemukan kedua pihak. Dengan musyawarah, perselisihan tersebut bisa diakhiri.
Atas kesepakatan bersama, Abu Bakar diangkat menjadi khalifah. Setelahnya diangkat pula khalifah-khalifah berikutnya dengan damai. Hingga pada kekhalifahan ke empat, Ali bin Abi Thalib, terjadi perselisihaan. Golongan yang pro pada Muawiyah menganggap, Muawiyah lebih berhak menjadi khalifah. Kelompok yang mendukung Muawiyah dikenal sebagai golongan Murjiah.

Setelah sidang tersebut, umat Islam terpecah menjadi empat golongan. Golongan pertama adalah kaum Syiah, yaitu kelompok yang mendukung Ali bin Abi Thalib. Kedua adalah kaum Murjiah, yaitu kelompok pendukung Muawiyah. Ketiga adalah kaum Khawarij, yaitu orang-orang yang sejak awal tidak menyetujui adanya sidang, karena Khawarij mengetahui kelicikan orang-orang Muawiyah. Kaum khawarij akhirnya menjadi kelompok garis keras yang menentang golongan yang mendukung Ali dan golongan pendukung Muawiyah. Dan golongan terakhir adalah segolongan orang yang tidak peduli pada konflik tersebut dan bersikap netral tanpa mendukung siapapun.

Setelah Muawiyah memenangkan peperangan, Muawiyah beberapa tindakan. Pertama, mereka memindahkan ibukota, dari Madinah ke Damaskus (Turki). Kedua, mengubah fungsi mesjid terbesar di ibukota menjadi istana. Ketiga, mengubah sistem pemerintahan, dari kekhalifahan (sistem kepemilihan) menjadi kerajaan (turun-temurun).

Lambat laun sikap para penguasa menjadi berubah. Mereka hidup dalam kemewahan hingga melupakan tanggung jawabnya pada rakyat, terutama rakyat kecil. Kaum Khawarij, yang adalah golongan oposisi garis keras, menentang pemerintahan Muawiyah. Kaum Khawarij menganggap Muawiyah tidak beriman lagi. Untuk mengatasi situasi ini, Bani Muawiyah mengumpulkan para ulama dan mengadakan sidang. Sidang para ulama tersebut menghasilkan putusan. Putusan ini berdasar pada sebuah hadits rasul. Namun, kalimat dalam hadits tersebut dipotong. Hadits rasulullah itu berbunyi.

Dan dipotong menjadi:
اَلْاِيْمَاعَقْدٌبِالْقَلْبِ
Hal ini dilakukan untuk menutupi kemungkaran yang telah dilakukan para penguasa. Putusan ini mencoba menyelamatkan mereka dari tuduhan kafir yang dilancarkan kaum Khawarij. Dengan memberi legalitas pemaknaan arti iman adalah ‘percaya’, bahwa iman adalah masalah hati, maka siapa pun tidak bisa menuduh orang lain adalah kafir karena iman hanya ada di dalam hati, sedangkan hanya Allah yang mengetahui isi hati seseorang. Sampai saat ini, arti iman adalah percaya, telah menjadi sangat populer dan dipakai oleh sangat banyak orang. Amal perbuatan menjadi tidak terkontrol lagi karena tidak ada kontrol dari sesama umat Islam. Lebih ironisnya lagi, dengan menjadikan iman sesorang sebagai hanya urusan hati, banyak orang yang masih merasa menjadi orang beriman tanpa disertai amal perbuatan yang baik dan dilandasi alQuran. Orang-orang ini diisi angan-angan masuk surga karena merasa menjadi orang beriman, yang Allah janjikan surga kelak di akhirat. Singkatnya, ada pemahaman keliru, “Sebanyak apa pun dosa saya, saya akan tetap bisa masuk surga, karena saya adalah orang beriman, yang percaya pada Islam”.

Akankan Allah menyediakan surga bagi orang yang selalu melakukan perbuatan dosa dan selalu membuat kerusakan di muka bumi, hanya karena orang itu percaya pada Islam? Allah maha adil, setiap orang akan mendapat balasan atas setiap perbuatannya, Ali Imran 161-162.
Silahkan Anda selidiki surga atau neraka kah hidup yang sedang dijalani oleh para pendosa di bumi. Anda tidak perlu menunggu di akhirat untuk membuktikan sebuah kebenaran. Kebenaran bisa kita dapat saat ini, di sini.

sumber: tulisan penulis berdasar materi studi Quran

1.2 Tahap-tahap Mencapai Iman

Kata ‘iman’ di atas adalah ‘iman’ dalam makna iman menurut firman Allah. Iman adalah sebuah kondisi alamiah melalui usaha pencapaian. Mengapa disebut alamiah? Karena di dalam diri manusia, telah ada sebuah iman Islam. Dalam Ali Imran 19 dijelaskan sebenarnya din dalam diri manusia hanya ada satu, yaitu din Islam, penyerahan pada satu Tuhan, Allah SWT, pengabdian pada satu tata aturan hidup. Dan mengapa disebut sebagai sebuah pencapaian? Karena berbagai hal dalam hidupnya, iman ini terkikis bahkan hilang dari dalam dirinya. Dan untuk mencapai hakikat beriman, kita perlu melalui tahap-tahap, yaitu tahap mencapai iman dan Islam. Ini adalah jalan tempat melangkah menuju iman dan Islam, menuju pada hakikat manusia.

Dalam Ali Imran:16-17 dikatakan bahwa orang-orang yang beriman adalah orang-orang yang sabar, orang-orang yang benar, orang-orang yang tunduk, orang-orang yang menafkahkan hartanya dan yang memohon ampunan. Tunduk artinya mengikuti, menjalankan hidup sesuai tata aturan tertentu, yaitu Quran.
Tata aturan di dalam Islam terdiri dari lima rukun yang menopang kehidupan para mukmin. Rukun Islam menjadi rangka pembinaan Islam, yaitu pembinaan diri dan umat. Lima rukun ini menjaga kelangsungan pelaksanaan alQuran sebagai sumber hukum orang Islam. Oleh karena itu, rukun Islam adalah penataan diri dan penataan umat Islam.
Islam Sebagai Sebuah PenataanAda dua penataan di dalam Islam, yaitu penataan diri pribadi dan penataan kumpulan manusia (keluarga, masyarakat, negara).
a. Penataan atau pembinaan diriDi dalam Islam, ada rukun iman dan rukun Islam. Setiap butir di dalam rukun-rukun tersebut merupakan tahap pembinaan diri. Di dalam rukun Islam;
1. Mengucapkan kalimat syahadat.
Pengucapan ini adalah sebuah pernyataan diri untuk menyerahkan hidupnya pada keyakinan tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah rasul/utusan Allah. Komitmen ini mendasari setiap langkah berikutnya dalam hidupnya. syahadat menjadi komitmen seorang muslim selama hidupnya dan dinyatakan secara terus-menerus, sedikitnya lima kali dalam sehari dalam shalat.

Bersyahadat Tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, adalah sebuah pengakuan diri untuk tunduk dan patuhi kepada Allah dengan Muhammad sebagai rasul penyampaiNya. Apa yang harus dipatuhi? Yaitu perintah dan laranganNya yang disampaikan kepada Muhammad untuk umat manusia.

Dalam Albaqarah ayat 4, “Dan mereka yang beriman kepada apa yang telah diturunkan (alQuran) kepadamu (Muhammad) dan apa yang telah diturunkan sebelummu, serta meraka yakin akan adanya akhirat”.
Dan apa yang telah diturunkan pada Muhammad, adalah Quran. Sehingga beriman kepada Allah adalah beriman kepada Quran. Quran menjadi pedoman hidup orang-orang yang beriman.
Dalam Al Isra atau juga dikenal surat Bani Israil ayat 9, “Sesungguhnya Quran ini memberi petunjuk ke arah hidup tangguh atau kokoh, membuat hidup bahagia orang-orang yang shaleh”.

Allah telah memperuntukkan Quran ini sebagai petunjuk hidup menuju hidup yang tangguh. Janji Allah untuk membuat hidup manusia menjadi tangguh ini, bukanlah omong kosong. Ini pasti, yaitu dengan sebuah komitmen berpedoman pada Quran. Siapa yang hidup dengan Quran, dialah yang memiliki hidup tangguh. Ini ditegaskan Allah dalam AtTaubah ayat 111, “Sesungguhnya Allah telah menukar/membeli dari mukmin, diri (jasad dan psikis) dengan hidup janah. Mereka berperang di jalan Allah, maka mereka membunuh atau terbunuh, demikian janji Allah dalam Taurat, Injil dan AlQuran. Siapakah yang lebih mentaati janji selain dari Allah? Maka bergemberilah dengan jual beli yang telah kamu lakukan denganNya dan itulah kemenangan yang besar”.

Untuk menjadikan Quran sebagai pedoman hidup, diperlukan pemahaman Quran secara benar agar hidup pun menjadi benar. Dan pemahaman ini diperolah dari proses membaca. Jadi, membaca adalah tahap pertama dalam menjalani hidup. Tahap ini adalah tahap mempelajari pedoman hidup.

Membaca رتل Dalam Albaqarah:4, “Dan mereka yang beriman kepada apa yang telah diturunkan (alQuran) kepadamu (Muhammad) dan apa yang telah diturunkan sebelummu, serta meraka yakin akan adanya akhirat”.
Dan apa yang telah diturunkan pada Muhammad, adalah Quran. Dalam Al Isra atau juga dikenal surat Bani Israil:9, “Sesungguhnya Quran ini memberi petunjuk ke arah hidup tangguh atau kokoh, membuat hidup bahagia orang-orang yang shaleh”.

Allah telah memperuntukkan Quran ini sebagai petunjuk hidup menuju hidup yang tangguh. Janji Allah untuk membuat hidup manusia menjadi tangguh ini, bukanlah omong kosong. Ini pasti, yaitu dengan sebuah komitmen berpedoman pada Quran. Siapa yang hidup dengan Quran, dialah yang memiliki hidup tangguh. Ini ditegaskan Allah dalam atTaubah ayat 111, “Sesungguhnya Allah telah menukar/membeli dari mukmin, diri (jasad dan psikis) dengan hidup janah. Mereka berperang di jalan Allah, maka mereka membunuh atau terbunuh, demikian janji Allah dalam Taurat, Injil dan AlQuran. Siapakah yang lebih mentaati janji selain dari Allah? Maka bergemberilah dengan jual beli yang telah kamu lakukan denganNya dan itulah kemenangan yang besar”.

Rasul telah memberi prosedur pada mukmin untuk mencapai iman dan menjadi orang bertakwa. Dalam surat Almuzammil:1-11 menjadi titik tolak upaya pencapaian ini, yaitu:
يايهاالمزمل۝قم١ليل١لاقليل۝نصفه١ونقصمنﻪقليلا۝
Dan seterusnya.
Di Indonesia, malam hari adalah waktu dari pukul 7 malam hingga pukul 4 dini hari, kurang lebih 9 jam. Maksud ayat di atas adalah perintah untuk bangun di malam hari selama setengah malam, sepertiga malam atau dua pertiga malam. Untuk apa? Untuk membaca, mempelajari dan memahami alQuran. Rasul selalu mengakhirinya dengan shalat. Semakin manusia memahami petunjuk hidupnya, maka akan semakin tertata hidup yang ia jalani. Karena di awal, mukmin telah menyatakan dirinya berkomitmen pada din Islam.
Janji yang telah dipegang menjadi komitmen ini membutuhkan pembinaan reguler dan terus-menerus. Shalat adalah pembinaan diri yang menjaga langkah hidup agar sesuai dengan komitmen untuk memeluk Islam. Shalat bersifat periodek (berkala) dan terus-menerus sepanjang hidupnya. Sehingga, sebenarnya shalat memudahkan manusia untuk tetap konsisten pada keyakinannya

ShalatDi Indonesia, banyak penduduknya yang beragama Islam, tetapi mengapa masih banyak pula tindak kejahatan yang terjadi? Allah berfirman dalam Alankabut:45 “Bacakanlah apa yang diwahyukan kepadamu dari Kitab (Quran) dan dirikanlah shalat, sesungguhnya shalat mencegah perbuatan keji dan mungkar, dan sungguh Allah mengingatmu lebih besar. Dan Allah mengetahui apa-apa yang kamu kerjakan”.

Shalat adalah ibadah yang waktunya ditentukan Allah (annisa:103). Istilah ‘sembahyang’ sering digunakan untuk ini. jika ditilik dari bahasa, ‘sembahyang’ terdiri dari kata’ sembah’ dan ‘hyang’. Apakah shalat dilakukan hanya untuk menyembah Allah? Allah berfirman dalam Thaahaa:14, dirikanlah shalat untuk mengingatku. Untuk kesekian kalinya tidak bosan saya katakan, mengingat Allah adalah mengingat firmanNya, ajaranNya. Karena itulah yang manusia tahu tentang Dia
Jika demikian, mengapa shalat telah dilakukan namun perbuatan keji dan mungkar tetap ada? Itu artinya ia belum melakukan shalat dengan benar, karena Allah maha benar, tidak ada yang salah dalam segala firmanNya. Dan berikut ini adalah tuntunan shalat agar menjadi benar dan berdampak kebaikan pada yang melakukannya, sesuai firmanNya tadi.

Sa’ah sebagai suatu manajemenSa’ah adalah saat atau waktu tegaknya Quran pada diri. Secara harfiah, sa’ah juga bisa berarti kiamat.
Untuk mencapai tujuannya, manusia memerlukan suatu pengaturan atau manajemen hidup. Dalam Islam, manajemen untuk Sa’ah atau tegaknya Quran pada diri pun dibuat sebaik mungkin. Dalam kehidupan nyata, seseorang yang menegakkan Quran dalam kehidupannya, kadang-kadang menemui rintangan. Rintangan itu bisa muncul di dalam pribadi orang tersebut atau dari luar diri yang disebut sebagai lingkungan.

Rintangan dari dalam bisa berupa mengendurnya semangat untuk tetap konsisten pada Quran, godaan untuk berbuat maksiat dan sejenisnya. Rintangan dari luar diri bisa datang dari lingkungan keluarga, teman ataupun masyarakat. Cara kita mengatasi rintangan atau gangguan tersebut haruslah dengan cara yang bijak dan santun. Tindakan ini mencerminkan berhasilnya pembinaan diri pribadi sebelum pada tahap pembinaan masyarakat. Menurut hadits, Islam dibangun atas lima pembangunan; pribadi, rumah tangga, kelompok, bangsa dan antar bangsa.
Allah berfirman dalam surat Yusuf:103
وما١كثر١لنّاسولوحرصتبموءمنين
“Dan kebanyakan manusia tidak beriman, walaupun engkau sangat menginginkannya”.

Wudhu
Langkah awal shalat adalah wudhu مِعْتَاحُالصَّلاَةٍالْوُضُعْ
Sebelum berwudhu ada doa yang diucapkan. Tata cara wudhu di jelaskan dalam alMaidah:6. Doa adalah niat hati yang menjadi tekad untuk dijelmakan oleh jasmani kita.
1. Mencuci jari Kita mencuci jari untuk membersihkan jari kotoran yang melekat padanya dan dari perbuatan dosa yang telah dilakukannya. Doa ini juga bentuk niat untuk melakukan yang baik dan tidak mengulangi kesalahan yang telah dilakukan jari dan tangan kita. Doa ini juga disertakan pada setiap langkah membersihkan organ-organ lainnya di dalam berwudhu.
2. Membersihkan mulut dan hidung
Memasukkan air ke dalam mulut dan berkumur. Untuk membersihkan secara maksimal, sedikit air dimasukkan ke dalam lubang yang menghubungkan tenggorokan dan kerongkongan. Caranya, hidung sedikit menghirup atau menyedot air yang ada dalam mulut.
Langkah ini dibarengi niat untuk membersihkan hidung dan mulut dari pekerjaan salah yang hidung dan mulut lakukan.
3. Membersihkan tangan
Telapak tangan dan jari jemari dibersihkan dengan air, sapukan sampai ke pergelangan siku.
4. Membasuh wajah
Air disapukan pada seluruh permukaan muka. Doanya adalah membersihkan pandangan dari hal memandang yang dilarang Allah.
5. Membersihkan kepala dan kuduk
Yang dimaksud kepala adalah kulit kepala, entah ia berambut atau tidak. Dan dibarengi doa membersihkan kepala dari perbuatan salahnya. Membuang pikiran buruk dan salah yang pernah ada serta membuang niat berpikir berprasangka buruk.
6. Membersihkan telinga
Membersihkan daun telinga bagian luar dan dalam. Termasuk membersihkan liang telinga, bisa dengan menggunakan cotton bud.
Membuang jauh-jauh keinginan untuk mendengarkan hal yang sia-sia dan hal-hal buruk yang membawa pada kemaksiatan.
7. Membersihkan kaki
Membilas ujung jari kaki sampai lutut dengan air. Telapak kaki biasanya adalah bagian yang paling kotor. Menggosok-gosokkan telapak kaki pada permukaan lantai yang kasar mungkin akan memudahkan menghilangkan kotoran tersebut.
Diiringi niat untuk tidak akan lagi melangkah ke tempat-tempat maksiat, ke tempat-tempat yang sia-sia dan membawa kemudharatan. Setelah menyucikan diri, lalu shalat (al A’la:14-15)..

Zakat
Zakat menurut bahasa, berarti nama’=kesuburan, thaharah=kesucian, barakah=keberkatan dan berarti juga tazkiyah, tathhier=mensucikan. Syara’ memakai kata tersebut untuk kedua arti ini. al Iman An Nawawi mengatakan zakat mengandung makna kesuburan. Dengan zakat, harta menjadi subur, tidak hanya harta pribadi namun harta umat manusia, karena tidak ada harta yang terpendam, tertutup tanpa manfaat, harta diam dan tidak mengalir. Karena itu zakat menyehatkan perekonomian. Istilah zakat digunakan untuk sedekah yang wajib, sedekah sunah, nafakah, kemaafan dan kebenaran. Denngan keragaman bentuk itu, zakat mempunyai beberapa istilah:
a. Zakat
Al Baqarah:43, “Dan dirikanlah shalat dan dirikanlah zakat dan rukulah bersama-sama orang yang ruku’.
b. Shadaqah“Apakah mereka tidak mengetahui bahwasanya Allah menerima taubat dari hamba-hambaNya dan mengambil shadaqah-shadaqah dan bahwasanya Allah sangat menerima taubat hambaNya lagi senantiasa kekal rahmatNya (At Taubah:104).
c. Haq“Dan Dialah Allah yang menciptakan tumbuh-tumbuhan yang dibuat panggungnya dan yang tidak dibuat, menciptakan korma dan tumbuh-tumbuhan yang beraneka rasanya, zaitun dan buah delima yang hampir-hampir bersamaan bentuknya dan yang tidak bersamaan. Makanlah sebagian buahnya jika dia berbuah dan berikan haqnya di hari dia dituai dan janganlah kamu berlebih-lebihan, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan (Al An’am:141).
d. Nafaqah
“Dan segala mereka yang membendaharakan emas dan perak dan mereka tidak menafkakannya di jalan Allah, maka gembirakanlah mereka dengan azab yang memedihkan”. (At Taubah:34)
e. ‘Afuw“Ambillah ‘afuw dan suruhlah yang ma’ruf dan berpalinglah dari orang-orang yang jahil”. (Al A’raf:199)
Ringkasnya istilah zakat digunakan untuk beberapa arti. Zakat adalah bagian harta yang dikeluarkan di jalan Allah. Namun yang berkembang di masyarakat, istilah zakat digunakan untuk shadaqah wajib dan kata shadaqah digunakan untuk shadaqah sunah. Para ulama menggolongkan ibadah zakat ini ke dalam golongan ibadah maliyah.
Kata zakat di dalam alQuran disebutkan secara ma,rifah sebanyak 30 kali. Delapan di antaranya adalah surat Makkiyah dan lainnya adalah surat Madiniyyah. Berikut adalah ayat-ayat yang menerangkan tentang zakat:
Albaqarah:43, 110, 220, 261- 267 dan 272, At Taubah:11 dan hampir semua kata ‘shalat’ diikuti perintah untuk berzakat.
3. Melaksanakan ZakatAl Mawardi dalam Zakat adalah bagian harta yang diberikan kepada kaum-kaum tertentu berdasar ketentuan hukum (Quran). Zakat menyuburkan, memberkahi harta manusia dengan sebuah penataan ekonomi secara benar. Tidak ada dana yang mengendap sia-sia dan tidak produktif. Zakat membuat aliran dana menjadi lancar dan membangun ekonomi yang sehat. Tidak ada kesenjangan kemakmuran karena berbagai hal, misalnya terhentinya arus modal, monopoli sektor ekonomi dan faktor-faktor di luar sektor ekonomi. Zakat menghidupkan kemakmuran manusia dengan adil.

Kata zakat dalam Quran disebutkan secara ma’rifah sebanyak 30 kali. Delapan kali di antaranya terdapat dalam surat-surat Makiyah (surat yang turun di Mekkah) dan lainnya terdapat dalam surat Madaniyah.

Puasa
Dalam Al Baqarah ayat 183 sampai 185, Allah memerintahkan manusia untuk berpuasa. Perintah ini juga telah ada sebelum diturunkannya Al Quran. Puasa adalah bentuk pembinaan diri sekaligus pembinaan umat karena ditentukan waktu para muslim untuk berpuasa. Detail dalam berpuasa menjadi pelatihan diri untuk pribadi yang lebih baik. Dimulai dengan pengaturan pola makan (yang juga berfungsi sebagai detoksifikasi) sampai pengaturan pola aktifitas.

Haji
Berikut adalah ayat-ayat tentang pelaksanaan ibadah haji, yaitu Al Baqarah ayat 196 sampai ayat 200. Haji adalah ibadah untuk pembinaan diri dan pembinaan umat Islam di seluruh dunia. Dalam haji, seluruh umat Islam dari semua penjuru dunia bertemu dan bersatu. Jika pada kenyataannya, saat ini tidak ada persatuan dan ikatan persaudaraan antara umat muslim, maka ada kekurangan dalam fungsi ibadah haji.
Jika dianalogikan dalam sebuah alat, sebuah alat yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya, maka dapat dikatakan alat itu rusak. Agar bisa berfungsi kembali, maka alat itu harus diperbaiki, dihilangkan kerusakannya.

Garis Iman

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, mencapai berarti tindakan menuju pada sesuatu. Artinya, ia berangkat dari sebuah titik tolak menuju pada kondisi iman. Pokok tahapan mencapai iman berarti poin-poin, titik-titik tindakan menuju keadaan beriman. Jika kita satukan, maka titik-titik tersebut menjadi sebuah garis. Maka tahap mencapai iman adalah garis menuju iman, atau garis iman.

Di dunia ini, ada beragam garis iman berkaitan dengan ajaran Allah yang diturunkan melalui para rasulNya untuk disampaikan pada umat manusia. Berikut adalah garis iman-garis iman pada umumnya.
1. Garis Iman Rasul
Orang-orang golongan ini adalah orang-orang yang mengetahui (سَمِعْنَا) lalu mereka mentaatiNya (اَطَعْنَا).
Dalam Albaqarah ayat 285:
“Rasul (Muhammad) telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, dan (demikian pula) orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya dan rasul-rasulNya, (seraya mereka berkata), “Kami tidak membeda-bedakan antara seseorang (dengan lain) daripada rasul-rsaulNya”. Dan mereka berkata, “Kami dengar dan kami taat. Ampunilah kami wahai Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali”.
Kata سَمِعْنَا pada ayat ini diterangkan pada Ali Imran ayat 193:”Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah mendengar seruan orang yang menyeru kepada iman, berimanlah kamu kepada Tuhanmu, maka kami pun beriman. Ya Tuhan kami ampunilah dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami dan matikanlah kami bersama orang yang baik-baik”.

Jika kita ingin termasuk dalam golongan yang mentaati perintah Allah, maka tentunya kita harus memahami perintah Allah. Dan hal pertama yang harus dilakukan adalah mengetahui apa perintah Allah. Membaca adalah jalan untuk mengetahui dan memahami apa perintah Allah, memahami AlQuran.

Membaca (رَتِلَ ), dalam kamus umum bahasa Indonesia berarti meletakkan pandangan pada yang tertulis dan memindahkan isinya ke dalam pendangan si pembaca, bisa dilafalkan atau tidak (dalam hati).
Prosedur dan titik tolak membaca ada pada surat Muzammil 1-11;

2. Garis Iman Sekuler
Sekular adalah pemisahan secara tegas orientasi dunia dan akhirat. Sedangkan arti harfiahnya (secular) adalah, dunia atau tinggal di luar gereja. Sikap memisahkan urusan akhirat dari urusan dunia ini telah dilakukan oleh banyak kaum sebelum kita. Mereka menerima ajaran dari Allah, banyak yang memahami namun tetap mengingkarinya. Mereka tidak melaksanakan aturan dari Allah, bukan karena tidak memahami, tetapi karena mereka memisahkan kepentingan dunia dengan kepentingan akhirat. Padahal, hidupnya di akhirat adalah cermin dari akhlaknya (kualitas tindakan) di dunia.
Dalam Quran diceritakan tentang sejarah kenabian, di mana selama ribuan tahun, firman Allah turun pada bangsa Yahudi. Dan apa yang terjadi? pembangkangan demi pembangkangan menghiasi sejarah kenabian. Dari kesalahan inilah kita belajar, untuk tidak mengulanginya. Pada garis ini, ada dua macam sikap ketika mengetahui alQuran, yaitu:
a. سَمِعْنَا (mengetahui) lalu عَصَيْنَا (mengingkari atau tidak mau mentaatinya)
Orang-orang jenis ini adalah mereka yang mengetahui isi alQuran namun tidak mau mengamalkan apa yang ada di dalam alQuran. Sebagian besar orang-orang Yahudi mengetahui apa yang disampaikan Muhammad (alQuran), Allah berfirman dalam Albaqarah:146

“Orang-orang yang telah Kami beri Alkitab mengenalnya seperti mereka mengenal anak-anak mereka sendiri, dan sesungguhnya segolongan di antara mereka menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahui”.
Bangsa Yahudi mengenal isi alQuran seperti mereka mengenal anaknya sendiri, namun mereka mengingkarinya karena kesombongannya. AlQuran adalah kitab suci yang penuh hikmah bagi siapapun yang mengetahuinya dengan baik. Alhasil, walaupun bagi mereka yang tidak mau tunduk pada perintah Allah, mereka ini tetap bisa mengambil manfaat dan mengambil ilmunya. Tidak mengherankan jika banyak orang Yahudi menjadi orang kuat yang berpengaruh menguasai dunia, karena menguasai ilmu.
b .سَمِعْنَاغَيْرَمُسْمَعٍ (mengetahui sebagian/tidak serius) lalu عَصَيْنَا (mengingkari atau tidak mau mentaatinya)
Orang-orang dari jenis ini adalah mereka yang mengetahui sebagian atau sedikit dari alQuran namun mereka mengingkarinya dan tidak mau taat pada perintah Allah.
Golongan ini serupa dengan golongan pertama. Keduanya sama-sama tidak mau beriman pada Allah. Mereka yang memahami alQuran baik seluruh, setengah atau sebagian kecil alquran, akan menjadi sia-sia jika tidak mau beriman pada Islam.

3. Garis Iman Jahiliyah
Jahiliyah adalah istilah di dalam alQuran yang berarti tidak mengetahui, bodoh atau tidak berilmu. Yaitu pada Ali Imran:154, Almaidah:50, Al ahzab:33)

2. Prosedur mencapai iman:

Setelah memahami apa arti iman menurut firman Allah pada Muhammad saw, langkah berikutnya adalah menentukan sebuah pilihan. Ada dua pilihan, menjadi orang beriman atau tidak beriman. Setiap pilihan memiliki resiko masing-masing. Namun Allah menjanjikan resiko yang baik jika kita beriman. Seperti firmanNya dalam alBaqarah:62, “Sesungguhnya orang-orang beriman, orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabi-in, barang siapa yang beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala di sisi Tuhan mereka dan tidak (pula) mereka berduka cita”.
Allah memberi petunjuk mencapai iman dalam alMuzzammil :
۱۔يَاَيٌُهَاالْمُزٌَمٌِلُ
1. Hai orang yang berselimutالْمُزٌَمٌِلُ adalah orang yang badannya tertutupi atau orang yang pikirannya tertutupi, tertutupi ketidaktahuan dan kebodohan.
۲ـقُم‎ِ
1. bangunlah pada malam hari kecuali sedikit
bangunlah kecuali sedikit, kecuali dari ‘bangun’ adalah ‘tidak bangun’. Artinya kita diperintahkan untuk bangun di malam hari dan tidak bangun (tidur) di sebagian lainnya. Kita tidak diperintahkan untuk bangun sepanjang malam.
٣ـنٌِصْفَهُ
2. setengahnya atau sepertiganya (malam)
bangunlah selama setengah malam, sepertiga malam

3. atau dua per tiga malam dan bacalah alQuran dengan sungguh-sungguh (pahami)
bangunlah di sebagian malam dan pelajari, pahamilah alQuran dengan benar-benar.

4. Sesungguhnya Allah akan menancapkan kepadamu perkataan alQuran yang berbobot hebatKalam yang berbobot hebat akan masuk ke dalam pemahaman benak manusia. Jika pandangan manusia telah benar, maka amal perbuatan kemungkinan besar juga akan benar. Tapi jika memiliki pandangan dan pemahaman yang salah, perbuatan yang dilakukan sudah pasti salah.

5. Sesungguhnya bangun di malam hari, lebih mantap dan lebih lurus dalam (upaya) memahami.Manusia diperintahkan bangun pada malam hari untuk mempelajari alQuran, karena malam hari adalah waktu yang tepat, hening sehingga lebih bisa berkonsentrasi, dan di siang hari manusia sibuk bekerja mencari penghidupan.

6. Sesungguhnya di siang hari engkau mempunyai urusan yang banyak.
7. Dan ingatlah ajaran Tuhanmu dan lepaskanlah selainnya.اسم dalam kamus berarti nama, ajaran atau paham. Dalam ayat ini اسم bermakna ajaran Allah. تَبَتَّلْ berarti lepaskan. Artinnya ingatlah ajaran Allah dan lepaskanlah ajaran selain ajaran Allah.


8. (Yaitu) ajaran dari timur dan barat. Tiada Tuhan selain Allah. Karena itu, ambillah ajaran dari Allah.Sejak jaman dulu, orang-orang di dunia telah terpilah menjadi pandangan dari barat dan pandangan timur. Ketika jaman pertengahan, terdapat paham budaya dari barat yaitu Romawi dan paham timur yaitu Persia. Pada saat ini ajaran dari timur adalah paham sosialis komunis dan paham dari barat adalah liberalisme.
رَبُّ

9. Dan bersabarlah terhadap apa yang mereka katakan dan jauhilah mereka dengan cara yang baik.Jika ada yang berkata buruk padamu, maka bersabarlah yaitu tetap berpegang teguh. Dan menghindarlah dari mereka yang berkata buruk padamu dengan cara yang baik, tanpa menyakiti perasaan mereka.

Ikhsan sebagai suatu tujuan
Ikhsan adalah organisasi hubungan antara Allah sebagai subjek dengan manusia sebagai objek, antara ajaran Allah dengan perbuatan manusia, antara Quran menurut sunah rasul dengan amal perbuatan manusia.
وماجلقت١لجنولانس١لاليعبدون
Tidak Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk mengabdi kepadaKu.
Untuk mengabdi kepada Allah, manusia memerlukan pemahaman akan keberadaan Allah dan daya ingat terhadap Allah. Apa yang bisa kita ingat tentang Allah? Rupa dan sosok Allah sama sekali kita tidak tahu. Tentu saja, perintah Allah untuk selalu berdzikir mengingatNya adalah perintah untuk mengingat ajaranNya, yaitu perintah dan larangan Allah. Sebelum proses mengingat ini, manusia memerlukan pemahaman yang benar terhadap ajaranNya. Sehingga, dzikir pada Allah adalah ingat pada perintah dan larangan Allah.

sumber: tulisan penulis berdasar materi studi Quran

I. IMAN DAN ISLAM

Ada seorang teman saya yang berkata bahwa iman adalah masalah hati dan hanya Allah yang tahu apakah seseorang beriman padaNya ataukah tidak. Jika demikian, apakah Allah hanya melihat dari isi hati saja tanpa melihat perbuatannya? Mungkinkah seorang yang baik hatinya melakukan kejahatan sepanjang hidupnya? Mungkinkah seseorang yang berbuat baik sepanjang hayatnya ternyata memiliki hati yang keji? Manakah dari mereka yang akan layak mendapat surga di sisi Allah? Apakah benar makna iman adalah percaya? Dan mengapa iman diartikan sebagai percaya ?

Hidup ini memang penuh tanda tanya. Tapi manusia selalu mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan dalam dirinya. Entah ia ilmuwan, sastrawan, seniman, politikus, teknokrat atau siapapun, akan selalu ada pertanyaan di dalam benaknya. Karena kita adalah manusia, makhluk dengan akal pikiran. Dan saya adalah salah seorang manusia yang sedang mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang muncul di dalam diri.

Pada batas ini, semua pertanyaan tentang Islam akan terjawab pada catatan saya selanjutnya. Pemaknaan iman sehingga seperti makna saat ini, ternyata terjadi melalui suatu proses panjang (dibahas dalam sub judul Sejarah Iman).

Dalam hidup saya, pemahaman terhadap iman adalah hal yang sangat strategis, vital dan mendasar. Dalam menjalankan hidup, saya melangkah di dalam konsep hidup yang saya miliki. Dalam kehidupan saya, saya selalu melihat bahwa seseorang akan giat bekerja jika ia percaya kebaikan dari giat bekerja. Begitu pula seseorang yang malas bekerja, artinya ia tidak meyakini prinsip yang mengharuskan ia bekerja. Dalam kehidupannya, manusia memiliki konsep hidup masing-masing. Apakah konsep itu adalah konsep yang baik atau buruk bisa dilihat dari perilaku hidupnya.

Pada manusia beragama, seharusnya, agama itulah yang menjadi konsep hidupnya. Kenyataannya, banyak manusia beragama melakukan perilaku yang sangat buruk, misalnya; mencuri, memfitnah, memperkosa dan tindakan asusila lainnya. Apakah mereka memiliki konsep hidup yang buruk? Apakah agama yang mereka yakini adalah agama yang buruk? Perilaku mereka kah yang buruk? Ataukah agama mereka yang buruk?

Bagi saya, tidak ada agama samawi yang mengajarkan keburukan pada manusia. Apalagi dinul Islam sebagai din terakhir bagi umat manusia. Mengapa saya lebih memilih kata din daripada agama. Walaupun keduanya memiliki makna serupa tapi kata din menurut saya lebih sesuai untuk mengungkapkan Islam. Kata ‘agama’ berasal dari bahasa Sansekerta, a berarti tidak dan gama berarti kacau, porak-poranda. Agama artinya tidak kacau, tertata, tertib. Din berarti sebuah sistem, tatanan, tata aturan. Dan Islam adalah suatu penataan kehidupan manusia.

Islam adalah sebuah tatanan hidup yang sempurna bagi manusia. Sementara di Indonesia, di mana sebagian besar penduduknya memeluk dinul Islam, sering terjadi pelanggaran hukum. Indonesia adalah negara dengan tingkat korupsi tertinggi di dunia. Kejahatan-kejahatan mencuri, membunuh dan lainnya juga terjadi di negeri ini, seperti juga terjadi di belahan bumi lainnya.

Jika agama adalah sebuah tatanan hidup, sebuah konsep hidup, mengapa masih banyak orang beragama yang sering berperilaku buruk dalam hidupnya. Apa yang salah? Benarkah mereka yang sering berperilaku buruk itu adalah orang yang beragama? Orang yang beriman?

Saya mencoba menelaah kembali semua permasalahan tersebut secara mendasar. Dalam sebuah contoh sederhana, jika ada sebuah alat yang rusak atau tidak berfungsi, maka untuk memperbaikinya diperlukan cara. Pertama, mengidentifikasi kerusakannya, dengan memeriksa seluruh komponen apakah berfungsi dengan baik atau tidak, dan kedua, memperbaikinya.

Iman adalah kata istilah yang ada di dalam Quran. Karena itu upaya memaknai kata ‘iman’ perlu dikembalikan lagi pada Quran.attDalam ayat tentang iman, selain kata-kata batiniah atau psikis, kata-kata jasminiah selalu turut pula disertakan, seperti ; amal shaleh, perbuatan, jalan hidup, batin, benak, sangkaan dan lain sebagainya. Ini menunjukkan iman itu lebih dari sekedar produk batiniah. Iman itu dicerminkan di dalam hati dan tindakan manusia.

Dengan demikian, iman adalah pandangan dan sikap hidup. Tapi jika Anda bertanya apakah arti iman kepada seseorang, mungkin hampir semuanya mengatakan iman adalah percaya. Dan jika Anda bertanya pada orang-orang itu, apakah mereka beriman pada Allah? Mungkin juga Anda akan mendapat jawaban yang sama dari mereka. Ya, mereka beriman. Bahkan seorang perampok dan pembunuh pun mungkin akan mengatakan mereka beriman kepada Allah. Dan Allah dalam Albaqarah:25 dan 62 menjanjikan surga kepada orang-orang beriman kepadaNya serta tidak ada ketakutan dan duka cita dalam diri orang-orang beriman. Dan Allah selalu menepati janjiNya. Sejarah manusia telah mencatat akan ketepatan janji Allah. Namun, benarkah mereka yang berkata bahwa dirinya beriman adalah benar-benar beriman?

Iman di dalam Islam
Di dalam dinul Islam, ada 6 rukun iman, yaitu:
1. Iman kepada Allah SWT
2. Iman kepada malaikat-malaikat Allah
3. Iman kepada kitab suci Allah
4. Iman kepada rasul Allah
5. Iman kepada hari kiamat
6. Iman kepada Qodo dan Qodar

Jika dalam diri seseorang terdapat keenam iman ini, maka ia adalah orang yang beriman. Yaitu orang yang memiliki pandangan dan sikap hidup berdasarkan keenam iman di atas. Iman dan Islam adalah satu. Allah berfirman dalam Ali Imran:83, “Tidak ada din selain din Allah dan seluruh langit dan bumi telah menyerahkan diri اَسْلَمَ kepada Allah”.

Iman adalah pandangan dan sikap hidup berdasarkan tata aturan atau din Islam. Jika saya mengaku beragama Islam, maka secara kongkret, saya harus berpandangan dan bersikap hidup sebagai muslim. Karena Islam adalah sebuah tatanan hidup dan bukan hanya sebuah paham, pandangan atau idealisme belaka. Islam bukan hanya sebuah sistem kepercayaan. Karena kepercayaan adalah sebuah pandangan dan pemikiran. Sedangkan Islam adalah pedoman bagi pandangan dan sikap hidup manusia. Islam adalah iman dan ihsan.

PERHATIAN

MAAF BLOG SEDANG DALAM PERBAIKAN, ISINYA TIDAK DIJAMIN BENAR

Cari aja disini..

Google
 

Sign by Dealighted - Coupons and Deals





Arsip Blog

Bertanyalah

Siapakah Anda? Di manakah Anda? Apa yang Anda lakukan sekarang? Untuk apa Anda hidup? Bagaimana Anda menjalani hidup? Mengapa Anda melakukannya? Darimanakah Anda? Kemanakah Anda akan pergi?



Pembaca